Dindik Kota Surabaya, Bhirawa
Artificial Intelligence akan mulai dimasukkan dalam Kurikulum Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun ajaran baru 2025/2026 Juli mendatang. Hal ini diungkapkan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dikatakannya, rencana tersebut telah dibahas dalam rapat terbatas bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti.
Terkait rencana ini, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya Yusuf Masruh menyatakan penerapan AI sudah mulai disosialisasikan di berbagai bidang studi di Surabaya. “Tool AI sudah kami sosialisasikan di semua bidang studi. Harapannya, guru bisa memodifikasi modul ajar mereka, misalnya dengan permainan menyenangkan, games, atau kuis yang bisa menggunakan AI,” kata Yusuf, Selasa (6/5).
Ia menambahkan, AI juga sudah mulai digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris dan terintegrasi dalam proses pengajaran di berbagai mata pelajaran. “Guru sudah familiar dan mulai menggunakan AI. Ini akan kami integrasikan di semua bidang studi,” ujarnya.
Dindik Surabaya juga menjalin kerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggunakan platform Senopati untuk pemanfaatan AI di sekolah. Penggunaan AI direncanakan difokuskan pada jenjang SD dan SMP, khususnya di kelas-kelas tinggi SD sebagai pengenalan awal.
Sementara itu, Kepala Program Studi Teknik Informatika Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS), Dr. Yosi Kristian S.Kom., M.Kom., menilai kesiapan guru menjadi hal yang sangat krusial dalam penerapan AI di sekolah.
“Kalau kita tidak mempersiapkan ini dengan baik, takutnya hanya jadi materi tambahan tanpa pemahaman dan skill yang memadai. Saya khawatir itu berdampak buruk,” ungkap Yosi.
Ia menyarankan adanya gradasi penerapan AI berdasarkan jenjang pendidikan. Misalnya saja di jenjang SMA, bisa dimulai dengan dengan materi yang lebih kompleks, sementara untuk SD perlu pendekatan yang lebih hati-hati. “Sebaiknya dilakukan pelatihan dulu untuk guru agar lebih paham sebelum benar-benar mengajar,” tambahnya.
Yosi juga menekankan pentingnya pengembangan AI lokal yang aman untuk digunakan anak-anak. Model AI yang ada saat ini, diakui Yosi, basisnya dari data besar dan filternya longgar. Idealnya, pemerintah bisa mengembangkan varian khusus yang aman untuk anak-anak.
Ia menambahkan, masuknya AI ke dunia pendidikan juga membuka peluang kerja bagi lulusan teknologi informasi dan informatika untuk turut berkontribusi di pendidikan dasar dan menengah.
“Kalau tidak kita kenalkan sejak awal, anak-anak kita bisa ketinggalan. Tapi kalau tanpa pendampingan yang baik, risikonya besar juga,” tutupnya. [ina.wwn]


