25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Waspada Masa Pancaroba

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair

Saat ini hampir semua wilayah tanah air mulai memasuki pancaroba yakni perubahan musim kemarau ke musim penghujan. Memang siklus alamiah dan tahunan seakan menjadi “agenda abadi” terutama di Indonesia yang notabene adalah wilayah yang beriklim tropis yang dilalui garis katulistiwa. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya transformasi iklim dan musim meski kadar dan intensitasnya tentu berbeda-beda antar daerah di sejumlah tanah air. Dari tahun ke tahun memang cenderung terjadi anomali musim. Tahun ini misalnya musim kemarau cenderung terasa lebih pendek disebabkan oleh kemarau basah. Kemarau basah merupakan kondisi ketika terjadi curah hujan yang tinggi atau di atas normal pada periode yang seharusnya merupakan musim kemarau, dan bukan kondisi kering seperti pada umumnya. Fenomena ini terjadi akibat anomali iklim global seperti La Nina, yang menyebabkan suhu muka laut lebih hangat dan penguatan angin pasat yang membawa uap air, sehingga memicu pertumbuhan awan hujan. Dampaknya meliputi potensi banjir, gangguan pada pertanian akibat jadwal tanam yang tidak menentu, serta meningkatnya risiko penyakit. Kondisi alam harus dimitigasi terutama pada aspek bencana, pertanian dan kesehatan secara umum. Potensi bencana kian meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas air hujan yang mengguyur disejumlah daerah yang pada saat yang sama daya tamping dan kondisi resapan kian menurun akibat peralihan lahan menjadi pemukiman diperparah dengan volume dan jenis sampah yang terus menggunung.

Berita Terkait :  6.144 Siswa SMA/SMK dan MA Terima Bantuan Pendidikan Gratis

Di sektor pertanian saat ini meski telah mengalami banyak sentuhan teknologi dan digitalisasi pertanian namun para petani kita masih mendominasi petani tradisional yang sangat tergantung pada kondisi iklim, cuaca dan musim sehingga bila musim berubah maka berdampak pada gagal panen yang berpengaruh langsung pada aspek produktivitas pertanian serta tanaman holtikultura. Kondisi yang lembab tentu mendukung perkembangannya, seperti tikus, kutu daun dan busuk buah pada tanaman serta gangguan hama yang juga cenderung meningkat pesat secara populasi. Oleh karena itu dibutuhkan upaya mitigasi di sektor pertanian antara lain penyiapan lahan tanpa melakukan pembakaran, penggunaan pupuk organik, pengembangan energi terbarukan, penerapan teknologi pertanian cerdas iklim, serta konservasi tanah dan air. Selain itu, diperlukan edukasi, infrastruktur, dan kolaborasi antara pemerintah, petani, dan lembaga penelitian untuk mendukung upaya ini demi menjaga ketahanan pangan dan pertanian yang berkelanjutan.

Dampak Kesehatan
Dalam teori H.L. Blum yang menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama: lingkungan (40 persen), perilaku (30 persen), pelayanan kesehatan (20 persen), dan genetik (10 persen). Lingkungan memiliki pengaruh terbesar, diikuti oleh perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik, di mana keempat faktor ini berinteraksi dan memengaruhi kesehatan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Efek pancaroba meliputi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Selain itu, pancaroba juga meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, serta penyakit seperti flu, demam berdarah (DBD), dan gangguan kulit akibat pertumbuhan jamur dan bakteri. Kondisi tidak serta merta dipandang remeh dan hanya siklus tahunan. Ditengah kondisi negara yang tidak baik-baik saja yang ditandai dengan melemahnya daya beli, maraknya PHK, pengangguran merebak, ekonomi yang cenderung fluktuatif serta lapangan kerja yang sangat terbatas tentu masyarakat harus mempertahankan derajat kesehatan minimal tidak sakit sehingga setidaknya mampu bertahan hidup. Harus diakui sejumlah tekanan (stres) dan konsumsi pangan yang tidak teratur dan keseimbangan gisi yang tidak memadai tentu sangat berdampak langsung pada ketahanan kesehatan tubuh masyarakat.

Berita Terkait :  Satpolairud Polres Situbondo dan Timgab Evakuasi Jenasah Korban Mancing

Di sisi lain, sisi pembiayaan kesehatan yang meningkat juga berkontribusi atas pendapatan masyarakat yang tidak memadai yang pada gilirannya akan mempengaruhi kesehatan. Pendek kata, janganlah masyarakat jatuh sakit, berobat dan perawatan di layanan kesehatan yang pada akhirnya kian menambah beban masyarakat kembali. Selain ancaman kesehatan yang bersifat dampak lingkungan alam belum sepenuhnya dapat teratasi terdapat ancaman kesehatan masyarakat yang berisfat kekinian di Indonesia meliputi masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, peningkatan penyakit tidak menular seperti diabetes akibat pola makan tinggi gula dan gaya hidup sedentari, penyakit menular seperti HIV/AIDS, DBD, dan Tuberkulosis (TBC) dengan tantangan resistensi antibiotik, serta dampak kesehatan dari pencemaran lingkungan akibat industri dan kendaraan. Selain itu, gangguan makan, obesitas, kurang tidur, dan penyalahgunaan zat adiktif serta termasuk ancaman penyakit baru semacam Covid-19 juga menjadi tantangan kesehatan yang kesemuanya disebut dengan Triple Burden Disease dimana menggambarkan situasi masalah penyakit menular yang menjadi beban kesehatan di Indonesia yakni beban penyakit menular atau beban penyakit infeksi. Penyakit tidak menular serta muculnya penyakit baru kedepan yang biasanya tidak pernah dibayangkan sebelumnya seperti kasus munculnya Covid-19.

———— *** —————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru