Diskusi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, akademisi dan pelaku usaha di Surabaya, Selasa (11/02/2025).
Surabaya, Bhirawa
Jawa Timur terus memperkuat komitmen dan strategi untuk menjaga ketahanan serta produktivitas pangan dalam menghadapi tantangan krisis pangan global.
Hal ini menjadi fokus utama dalam diskusi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha. Diskusi yang dimoderatori oleh Dr. Edi Purwanto, S.TP., MM., Wakil Ketua Umum Bidang Pertanian dan Pangan Kadin Jatim, menghadirkan narasumber utama: Oni Anwar Harsono, Bupati Ngawi sekaligus Ketua HKTI Jatim, Sumrambah, Ketua KTNA Jatim, dan Sugiastuti, Kabid Ketahanan Pangan Disperta Jatim.
Jawa Timur diakui sebagai daerah strategis dalam menopang kebutuhan pangan nasional. Namun, berbagai tantangan di sektor pertanian mengemuka, termasuk keterbatasan Lahan, Modal, Teknologi, dan Akses Pasar – Berkurangnya lahan produktif akibat alih fungsi lahan, sulitnya akses permodalan bagi petani kecil, teknologi yang belum merata, serta minimnya akses pasar menjadi kendala utama yang harus segera diatasi.
Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) – Semakin sedikitnya generasi muda yang berminat menjadi petani dan persepsi bahwa sektor pertanian adalah pekerjaan dengan risiko tinggi memperburuk situasi.
Krisis Kepercayaan – Petani sering merasa kurang percaya terhadap kelembagaan yang ada, sehingga perlu penguatan institusi yang lebih berpihak kepada mereka.
Bupati Ngawi sekaligus Ketua HKTI Jatim, Oni Anwar mengungkapkan pendekatan kolaboratif menjadi solusi kunci dalam menghadapi tantangan ini.
Tidak bisa satu pihak saja yang bekerja. Pemerintah, perguruan tinggi, lembaga keuangan, dan pelaku pasar harus bersatu padu,” ujarnya, Selasa (11/2).
Dalam diskusi tersebut, berbagai strategi disampaikan untuk meningkatkan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Beberapa langkah strategis tersebut meliputi Penguatan Sistem Logistik Pangan,, Jawa Timur harus memiliki sistem logistik pangan yang andal untuk menjamin distribusi yang efisien dari hulu ke hilir. Ini termasuk menjaga ketersediaan pupuk, akses air, dan stabilitas harga hasil tani.
Sistem Pangan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan, penggunaan teknologi ramah lingkungan dan pendekatan keberlanjutan menjadi prioritas utama. Sugiastuti mengingatkan bahwa “Produksi pangan tidak hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas yang tidak merusak ekosistem,” ujarnya
Kebijakan dengan Road Map Jelas, setiap kebijakan yang dikeluarkan harus memiliki peta jalan yang utuh, termasuk memadukan faktor alam dengan teknologi modern.
Dikesempatan yang sama, Sumrambah Wakil Bupati Jombang sekaligus Ketua KTNA Jatim menambahkan pentingnya peran kepala daerah untuk menjaga kerjasama yang solid dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Kolaborasi yang sudah baik harus terus diperkuat. Semua kepala daerah di Jatim perlu menjadikan isu pangan sebagai prioritas utama,” katanya.
Tantangan terbesar adalah menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian. Oleh karena itu, pendekatan kekinian menjadi sangat penting. Kampanye dengan slogan “Bertani Itu Keren dan Bermasa Depan Cerah” disepakati sebagai upaya strategis untuk membangun citra positif pertanian.
Dr. Edi Purwanto menutup diskusi dengan penegasan bahwa kesejahteraan petani harus menjadi perhatian semua pihak.
“Petani adalah ujung tombak ketahanan pangan. Kita harus pastikan mereka mendapatkan dukungan yang memadai dari hulu hingga hilir,” jelasnya.
Melalui diskusi ini, diharapkan Jawa Timur tidak hanya mampu mempertahankan posisinya sebagai lumbung pangan nasional, tetapi juga menjadi contoh dalam pengelolaan pangan yang berkelanjutan. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, lembaga keuangan, dan pelaku pasar menjadi kunci sukses menuju ketahanan pangan yang kokoh di tengah ancaman krisis global.
Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang solid, sektor pertanian di Jawa Timur akan terus berkembang, menjamin masa depan pangan yang cerah bagi Indonesia. [riq.hel]