Dihadiri Khofifah, Agum Gumelar Gaungkan Sekali Pejuang, Tetap Pejuang!
Oleh:
Gegeh Bagus Setiadi, Surabaya
Di sebuah ruangan penuh dengan semangat kebersamaan, tawa dan canda dari para purnawirawan dan warakawuri TNI-Polri menggema. Hari itu, gedung DPD PEPABRI Jawa Timur di lingkungan wilayah Kodam V Brawijaya, Surabaya, menjadi saksi hidup bagaimana sebuah perkumpulan yang telah berdiri selama 65 tahun masih menyala dengan tekad yang sama: menjaga keutuhan bangsa.
Acara tasyakuran dengan tema “Rajut Persatuan Demi Keutuhan Bangsa” menjadi puncak dari perayaan HUT PEPABRI yang ke-65.
Bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga refleksi perjalanan panjang para pejuang yang telah melewati berbagai fase sejarah Indonesia. Dan di sini, di usia yang tidak lagi muda, mereka tak pernah lelah untuk mengingatkan kita semua akan arti penting persatuan.
PEPABRI Jatim pun menggelar berbagai rangkaian HUT Ke-65. Mulai dari ziarah di Tmp mayjen sungkono sby , berlanjut memberikan santunan ke Panti Jompo hargo dadali menur sby sampai mengadakan hiburan rakyat pagelaran wayang kulit pada Minggu (15/9) malam. Pagelaran wayang kulit itu didalangi oleh Ki Anom Dwijo Kangko dengan lakon Wisanggeni Duto.
Agum Gumelar, Jenderal TNI (Purn) yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PEPABRI, hadir dengan pesan yang tegas namun penuh harapan. “Sekali kita menjadi pejuang, tetaplah menjadi pejuang,” katanya.
Pesan ini bukan sekadar retorika. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia, dari ancaman perpecahan hingga pengaruh negatif informasi, Agum mengajak semua pihak untuk tetap bersatu.
“Mari kita menjaga bangsa ini tetap utuh dalam bingkai NKRI. Siapapun pemimpinnya, kita harus mendukung demi kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Suasana yang awalnya meriah tiba-tiba menjadi hening, semua terdiam mendengarkan wejangan dari sang jenderal yang seolah mengingatkan kita akan betapa pentingnya persatuan di tengah dinamika politik saat ini.
Acara ini pun menjadi semakin istimewa dengan kehadiran Khofifah Indar Parawansa, mantan Gubernur Jawa Timur yang selama masa kepemimpinannya kerap mendapat dukungan dari PEPABRI.
Dalam kesempatan ini, Khofifah yang merupakan Anggota Kehormatan Pepabri mengatakan bahwa HUT Pepabri merupakan momentum penting untuk mengingat kembali jasa-jasa dan pengabdian luar biasa dari para purnawirawan dan warakawuri TNI-Polri. Terutama dalam menjaga bangsa tetap rukun, guyup dan bersatu.
“Pepabri memiliki kekuatan untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan karena menjaga keutuhan bangsa butuh peran semua pihak. Dan kami berharap Pepabri terus bersama kita semua untuk menjaga keutuhan bangsa, dan persatuan Jawa Timur,” tegasnya.
Sejauh ini, Pepabri diketahui sudah melaksanakan sinergitas bersama Pemprov Jawa Timur. Mulai dari kegiatan di Bondowoso, Gresik, Jombang, Madiun, Malang, Pamekasan, Pasuruan, Sidoarjo, dan Trenggalek.
Baik bidang ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan pengembangan kewirausahaan. Serta juga di bidang ketentraman dan ketertiban masyarakat dengan menjaga stabilitas keamanan Jawa Timur.
“Mewujudkan pembangunan Jawa Timur itu tidak bisa sendirian. Harus sinergi harus kolaborasi. Pepabri akan menjadi bagian untuk mewujudkan Jawa Timur yang lebih aman, lebih tentram, dan lebih maju,” tegasnya.
Dengan semakin bertambah usia, Khofifah berharap Pepabri semakin solid dan menjaga jati diri sebagai prajurit dan pejuang serta tetap berpegang teguh pada nilai sapta marga. Ia meyakini Pepabri akan selalu peduli dan berjuang demi kepentingan bangsa dan negara yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Sementara Ketua PEPABRI Jatim, Mayjen TNI (Purn) Istu Hari Subagio, menegaskan seperti yang disampaikan Khofifah bahwa PEPABRI selalu menjadi mitra pemerintah dan mendukung penuh upaya pemerintah menyiapkan generasi ke depan.
“Kami, PEPABRI, selalu menjadi mitra pemerintah,” ujar Mayjen TNI (Purn) Istu Hari Subagio Ketua DPD PEPABRI Jatim.
“Kita mendukung penuh pemerintahan yang ada, terutama dalam menyiapkan generasi emas Indonesia yang akan datang,” tambah mantan Pangdam Bukit Barisan ini.
Namun di balik nuansa perayaan ini, terselip kekhawatiran. Jawa Timur, dengan segala kemajuannya, masih dihadapkan pada beberapa persoalan besar.
“Kenakalan remaja terhadap narkotika, aliran intoleran, dan kecanduan game yang berujung pada judi online menjadi tantangan besar,” ungkap Istu dengan nada prihatin.
Seperti sebuah paradoks, di satu sisi mereka merayakan pencapaian panjang organisasi ini, namun di sisi lain, mereka sadar bahwa perjuangan belum selesai. “Tidak ada desa di Jawa Timur yang tdk terjamah dari narkotika. Ini menjadi keprihatinan besar bagi kami,” tambahnya.
Bukan hanya sekadar ucapan, PEPABRI Jatim telah bertekad untuk ikut berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Mereka berencana untuk bersinergi dengan Bakesbangpol dan pemerintah daerah, berkeliling memberikan edukasi dan kampanye pencegahan narkotika dan intoleransi.
Dengan segala pengalaman dan hikmah yang mereka miliki, para purnawirawan ini ingin memberikan kontribusi nyata, seolah berpesan bahwa di usia senja, mereka tetap bisa berkarya untuk bangsa.
Acara puncak ditutup dengan pagelaran wayang yang menjadi simbol kuat budaya dan persatuan Indonesia. Wayang, yang selalu sarat akan pesan moral, seakan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.
Dalam kisah pewayangan, selalu ada pelajaran tentang kepemimpinan, kesabaran, dan persatuan-nilai-nilai yang juga selalu dipegang teguh oleh PEPABRI.
Di tengah riuhnya pagelaran wayang dan suara gemuruh tawa dari penonton, ada semangat yang tak pernah padam. PEPABRI, dengan segala dedikasinya, berkomitmen untuk terus merajut persatuan bangsa, tidak hanya untuk masa kini, tetapi juga demi masa depan Indonesia Emas.
Mungkin, bagi sebagian orang, usia adalah batas. Namun, bagi para anggota PEPABRI, usia hanyalah angka. Semangat mereka untuk menjaga bangsa ini tetap utuh-itulah yang membuat mereka tetap relevan dan berarti.
“Kami akan terus berjuang,” tutup Agum Gumelar. Dan dengan itu, perayaan HUT PEPABRI ke-65 tidak hanya menjadi sebuah peringatan, tetapi juga pengingat bahwa perjuangan untuk Indonesia yang lebih baik, belum berakhir. [gat]