Kota Probolinggo, Bhirawa
Dalam dua bulan terakhir, tengah ramai di sosial media tentang fenomena bunuh diri yang terjadi di Kota Probolinggo dengan cara mengakhiri hidup di tengah rel kereta api. Sejak Februari 2025, ada dua kasus bunuh diri di rel kereta api dan satu berhasil digagalkan warga sekitar dan Satpol PP. Tentunya hal ini menjadi perhatian para pengguna sosial media dan ahli Psikolog terkait fenomena ini.
Menanggapi hal ini, Spesialis Psikolog RSUD dr Moh Saleh, Mariya Manna SPsi MPsi menyebut, hal ini erat kaitannya dengan depresi. Penyebab fenomena bunuh diri sangat kompleks dan bisa terjadi pada semua orang tanpa memandang status ekonomi.
”Fenomena bunuh diri ini penyebabnya sangat kompleks ya, dan bisa terjadi kepada semua orang tanpa peduli apakah dia di level ekonomi atas ataupun di bawah,” ujar Mariya.
Wanita cantik yang biasa dipanggil dengan nama Bu Yaya ini menambahkan, fenomena bunuh diri ini juga erat kaitannya dengan gangguan kepribadian seperti bipolar atau masalah kesehatan mental yang fase depresinya kambuh yang mengarah ke suicide atau bunuh diri.
”Juga yang berpeluang untuk sesorang melakukan bunuh diri bisa karena gangguan kepribadian ambang seperti misalnya Bipolar atau gangguan kesehatan mental lainnya,” katanya
Mariya Manna menjelaskan, seseorang yang mengalami depresi menganggap bahwa masalah yang dimilikinya tidak ada solusinya, sehingga mengakhiri hidup menurutnya adalah solusi. Sebelumnya, telah terjadi bunuh diri di stasiun kereta api Kota Probolinggo karena faktor sakit menahun yang tak kunjung sembuh pada hari Minggu (20/4) di depan publik dan viral di sosial media.
Ada bermacam – macam faktor seseorang mengakhiri hidup, dengan yang paling banyak yakni masalah ekonomi, kemudian orang kaya yang merasa capek dan kosong, meskipun keluarga, maupun kondisi sekitar baik – baik saja.
Selain itu, ada juga karena faktor sakit bertahun – tahun tidak sembuh, ditambah tidak adanya support system yang dalam hal ini keluarga, termasuk faktor asmara dalam hal ini putus cinta.
”Ini semua terjadi karena pada pribadinya coping stress atau upaya untuk mengatasi dan menangani stres tidak bagus, pola berpikirnya terlalu sempit, dan suport sistem yang kurang, sehingga seseorang mengakhiri hidup,” ujarnya.
Untuk solusinya adanya sadar terhadap diri sendiri, membuka pikiran atau mental health, ketika merasa tidak baik – baik saja datang ke psikolog, atau sharing ke teman.
”Dengan datang ke psikolog atau ngobrol bersama teman atau orang lain menjadi solusi, dan juga jangan pernah berpikir bahwa hidupnya paling menderita, selain suport sistem juga diperlukan,” imbuhnya. [fir.fen]


