26 C
Sidoarjo
Friday, February 21, 2025
spot_img

Pemkot Surabaya Masifkan Sosialisasi Cegah Penularan Penyakit TBC

Surabaya, Bhirawa.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terusmelakukanberbagaiupayapencegahan dan pengendalianpenyakitTuberkulosis (TBC) di Kota Pahlawan.
Salah satunyaadalahdenganmelakukankolaborasi dan sinergibersamaunsurhexa helix melaluioptimalisasikomunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) videografi Orkestra Cinta Merdeka TBC, di GrahaSawunggaling, Senin (20/1/2025).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, kegiatanpenyuluhaninimerupakanupayaeliminasi TBC di Surabaya. Sekaligusmendukungpercepatan target nasionaldalameliminasi TBC tahun 2030. Tujuan kegiataniniadalahuntukmenyampaikaninformasiterkinimengenaisituasicapaian program TBC di Kota Surabaya.
“Kita punya tekaduntukmengeliminasi TBC. Karena TBC merupakan salah satupenyakit yang sulitterdeteksi. Merekabiasanyamalu, akhirnyatidakmengaku dan menularkankekeluargamaupuntetangga,” kata Wali Kota Eri.
Iamelanjutkan, optimalisasi KIE dalambentuk media sosialmengenai program TBC rutin dilakukankepadasemuaunsur yang tergabungdalam Tim PercepatanPenanganan TBC di Kota Surabaya.
“BahkanDirektur Rumah Sakit Universitas Airlangga, Prof. Dr.Nasronuddinmenciptakanlagu, di situ disebutkan, yang sakitjangan di diskriminasi. Stigma juga harusdirubah, inicocokdengan target pemkotmelalui RW 1 Nakes 1,” ujar dia.
Wali Kota Eri menjelaskanbahwaPemkot Surabaya telahmemilikilayanankesehatandengankonsep RW 1 Nakes 1 (R1N1) yang bertujuanuntukmempermudah dan mendekatkanpelayanan media kepadawarga Surabaya.
Layananinimenjadibagiandaripencegahanketikawargamengalamisakitringanatauberisikotinggi.
“Dalam 1 RW bisatahu yang hamilberapa, yang sakitberapa, dan semuanya. Itulah yang sayasebutsebagai Surabaya Bergerak. Lalu di sambutlahdengangerakanpencegahan TBC ini, semogadengan model ini TBC bisadieliminasi di Kota Surabaya, dengan stigma bahwa orang terkena TBC jangandijauhi, bisaberinteraksitetapimenggunakan masker,” jelasnya.
Di sampingitu, TBC berbedadengan COVID-19 sehinggatidakperludibanguntempatkhusus TBC. Sebab, jikaadatempatkhususmakamenimbulkan stigma di masyarakatbahwapenderita TBC harusdiasingkan.
“Pendekatannyaberbeda, doktermenyampaikanpenderitabisatetapberinteraksidenganmenggunakan masker dan rutin mengkonsumsiobatsehinggabisasembuh. Penderita TBC jangandiskriminasi, kami koordinasidengan DPRD bagaimanapendekatanitudilakukan,” terangnya.
Iamenyebut, penderita TBC biasanyaengganmengaku. Saat mendapatperawatan dan pengobatan, penderitaseringkalibosanmengkonsumsiobatsecara rutin. Akibatnyabanyakpenderita yang mengalamiresistenobat.
“Karena orang yang sakitmasihbelumberanilapor, TBC bisadisembuhkandenganmengkonsumsiobatselamaenambulan dan menggunakan masker,” tuturnya.
Sementaraitu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristinamengatakan, TBC tidakhanyaberdampak pada sektorkesehatan, tetapi juga pada aspeksosial dan ekonomi. Stigma terhadappenderita TBC menjaditantangandalamupayapengendalianpenyakit.
“Kegiataniniadalahuntukmemperkuatsinergi dan kolaborasiantarsektordalammendukung program pengendalian TBC. Perlutersampaikannya KIE kepadamasyarakat dan menghilangkan stigma negatif di masyarakatterhadappenderita TBC,” kata Nanik.
Oleh sebabitu, butuhdukunganterhadappasien TBC agar minumobatsampaituntas dantercapainyaeliminasi TBC tahun 2030. Sasarankegiataniniadalahunsurpemerintah, swasta, komunitas, hukum dan regulasi, serta media.
Sedangkan, Orkestra Cinta TBC merupakanlagu yang diciptakan oleh Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya, Prof. Dr.Nasronuddinsebagaiupaya yang diharapkandapatmenjadihymne program TBC hingga di tingkatnasional.
“Sehinggadapatmeningkatkankesadaranmasyarakatbahwa TBC bisadisembuhkanmelaluipengobatan yang tuntas, sertadiharapkansemuaunsurhexa helix,” ujar dia.
Tak hanyaitusaja, Dinkes Surabaya juga rutin melakukanskrining di Kota Pahlawan. Surabaya sendirimerupakantempatrujukan di Indonesia Timur.
Berdasarkan data hinggatahun 2024, total kasus TBC di Surabaya adalahsebanyak 11 ribu, dari 16 ribu target kasusnasional yang harusditemukan.
“11 ributermasukdariluar wilayah Kota Surabaya. Kalau Kota Surabaya sendirisebanyak 9 ribuan. Ada tambahandariluar, karena Surabaya rujukan se-Indonesia Timur,” terangnya.
Hinggasaatini, 90 persenpenderita TBC yang ditemukantengahmenjalanipengobatan. Tantangannyaadalahpenderita TBC harusmelakukanpengobatanjangkapanjang. Jika konsumsiobatberhentimakapenderita TBC akanmengalamiresistenobat dan proses penyembuhanbisalebihdarienambulan.
“Data TBC sudahtersinkrondenganpusat, contohdariluar Surabaya tetapiberobatkepuskesmas Surabaya bisadiobati. Melalui NIK, pasiensudahterdatamelakukanpengobatan,” pungkasnya.n [dre]

Berita Terkait :  TNI Bersama Tim POPT, Semprot Hama Ulat di Kampung Nangger Sopet

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru