Pantai utara Jawa (Pantura) di Jawa Tengah masih dikepung bencana hidrometeorologi. Selama sepekan ketiga Januari, terasa hujan makin deras, dan lama. Menybabkan banjir, dan longsor menerjang permukiman, sampai memutus jalan kereta-api. Juga merobohkan jembatan. Di Pekalongan, banjir dan longsor sampai menimbulkan korban jiwa 21 orang tertimbun tanah longsor. Masih terdapat warga dinyatakan hilang, terseret arus banjir yang deras. Di Grobogan, banjir memutus jalan negara menuju Semarang.
Rute perjalanan kereta-api harus dialihkan, karena bantalan rel amblas sedalam 3 meter. Banjir terjadi karena meluapnya tiga sungai besar yakni sungai Lusi, kali Serang, dan Tuntang akibat tingginya intensitas hujan yang mengguyur di kawasan hulu (hutan di perbukitan). Air luruh deras, mengakibatkan beberapa tanggul jebol. Termasuk tanggul di kali Tuntang, merendam jalan nasional. Membuktikan, bahwa kawasan hulu tidak mampu berfungsi sebagai catchment (resapan) air.
Pada saat longsor, lumpur tebal menerjang beberapa rumah warga. Terutama di rumah Sekretaris Desa Kasimpar, Pekalongan, sedang berkumpul banyak warga berteduh. Nahas, tiba-tiba terdengar suara menderu, tanah longsor menimpa. Arus dderas banjir, juga menyeret warga yang sedang memancing dan longsor Petungkriyono, tergolong datang sangat cepat. Bahkan seseorang yang sedang berteduh sampai terbawa arus banjir, tidak tertolong.
Dampak banjir dan longsor di Pekalongan (Jawa Tengah) terasa pedih. Karena korban jiwa tercatat 22 orang, serta beberapa orang masih hilang. Pencarian difokuskan di lokasi rumah Sekretaris Desa. Bahkan rumah sakit Karomah holistic, juga kebanjiran. Sehingga menutup layanan IGD (Instalasi Gawat Darurat). Tim Basarnas mengerahkan lebih dari 1.200 personel gabungan TNI dan Polri, dibantu Satgas Tagana. Terutama menyisir Sungai Welo. Sebanyak 15 warga berhasil ditemukan, dan dievakuasi selamat.
Banjir bandang juga terjadi di Grobogan, Jawa Tengah, merendam 94 desa di 14 kecamatan. BPBD Grobogan, mencatat sekitar 18 ribu terendam banjir. Tanggul lintasan kereta-api, longsor, di antara stasiun Gubug dengan Karangjati. Menyebabkan 29 rute kereta-api jarak jauh dan jarak dekat, dialihkan. Bahkan sembilan rute perjalanan kereta-api berhenti operasional. Tiket dikembalikan 100%.
Topografi seluruh kawasan bencana banjir dan tanah longsor, sama persis. Yakni, kawasan bukit yang gundul, niscaya gampang tergerus curah hujan tinggi. Karena sebenarnya, tiada bencana datang tiba-tiba. Melainkan telah terdapat tanda-tanda kerusakan alam, menyebabkan daya dukung lingkungan makin menyusut. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), telah meng-umum-kan peringatan cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga angin kencang. Meningkatkan risiko bencana banjir, dan tanah longsor.
Berbagai pertolongan, dan bantuan sudah mulai berdatangan, ke Pekalongan, Grobogan, dan Demak. Juga berbagai bantuan ke Klungkung, dan Denpasa (Bali). Namun bisanya, tidak mudah menjangkau titik-titik lokasi bencana. Areal bencana terisolasi akibat tanah longsor. Maka seyogianya, Pemerintah (dan Pemerintah propinsi, serta Pemerintah Kabupaten) lebih siaga segera menyelenggarakan audit lingkungan. Karena sebenarnya, dampak pedih banjir tanah longsor bisa dihindari, dan di-minimalisir.
Sebelum bencana selalu terdapat warning alamiyah. Terutama pada masa perubahan iklim, memaksa seluruh daerah wajib waspada bencana hidro-meteorologi. UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, meng-amanat-kan mitigasi. Pada pasal 38 huruf a, diwajibkan adanya “identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.”
Bahkan bencana hidro-meteorologi dapat diprediksi dengan tingkat presisi cukup baik. Kefatalan bencana bisa dicegah, melalui kontrol dan mimitigasi. Seperti tercantum pada pasal 38 huruf b. Pada saat bencana, setiap warga terdampak bencana memiliki hak memperoleh bantuan.
——— 000 ———