Dindik Jatim, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim kemebangkan proyek Teacher Counselling and Resilience Education (T-Care). Program yang telah berjalan sejak tahun 2023, merupakan hasil kerjasama dengan Singapore International Foundation (SIF) yang berfokus pada penguatan kapasitas guru BK di SMK. Utamanya dalam menghadapi tantangan kesehatan psikologis murid untuk membantu mereka dalam mengembangkan potensi diri, mengatasi masalah, serta mempersiapkan menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks.
Dalam mencapai target ini, Dindik Jatim menggelar pelatihan peningkatan kompetensi guru BK SMK. Kegiatan ini digelar pada 27-31 Juli lalu dengan fokus pada penguatan kapasitas guru BK di SMK melalui serangkaian program yang komprehensif.
Terkait program ini, Kadindik Jatim Aries Agung Paewai menilai kolaborasi yang berfokus pada guru BK ini sesuai dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Sebab generasi muda rentan akan kesehatan mental, tekanan psikologis dari digital, sosial, dan akademik yang kerap kali ditemui.
“Kecanduan gim, perundungan siber, dan minimnya keterlibatankeluarga menjadi hambatan utama dalam membangun ketahanan murid.Ini kenapa saya berharap guru BK bisa masuk dalam dunia anak-anak kita untuk membantu mereka mengatasi persoalan dalam diri mereka,” ujar Aries, Minggu (3/8).
Menurut Aries tanggungjawab dan tugas guru BK tidak hanya mendampingi murid secara akademik. Tapi juga menjadi konsultan bagi murid murid yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan potensi, bakat dan mintanya. Juga persoalan kesehatan mental murid. Lebih lagi, bagi murid SMK yang akan terjun di DUDI.
Kadindik kelahiran Makassar ini menyebut, dalam mengatasi persoalan kesehatan jiwa murid, Pemprov Jatim berkomitmen mengintegrasikan pendekatan konseling ke dalam sistem sekolah secara formal.
“Kita bangun kolaborasi lintas sektor seperti dengan Dinkes, Puskesmas, dan lembaga layanan psikososial akan diperkuat. Dari segi sumber daya kita akan perkuat guru konselor dengan pelatihan dan dukungan profesional secara berkelanjutan,” sebutnya.
Ditambahkan mantan Pj Wali Kota Baru ini, selama tiga tahun terakhir, program kolaborasi ini menghadirkan ruang belajar bersama untuk memperkuat kapasitas guru konselor dalam mendukung perkembangan holistik serta kesejahteraan mental siswa di Jawa Timur.
Di tahun pertama, T-Care berfokus pada pengenalan dasar-dasar bimbingan dan konseling modern, identifikasi kebutuhan murid SMK, serta penguatan kompetensi.
“Menginjak tahun kedua, pelatihan berkaitan dengan pengetahuan tentang remaja, membangun kerjasama dengan pemangku kepentingan, peran keluarga, fasilitasi untuk forum orangtua, dan dukungan untuk remaja,” jabar Aries.
Tak hanya itu, sebanyak 25 guru BK juga berkesempatan mengikuti studi banding singkat di Singapura. Terakhir, menginjak tahun ketiga. Program difokuskan pada peningkatan implementasi materi melalui karya nyata dalam menangani tantangan utama murid, termasuk kecanduan game, keterlibatan orang tua, dan sistem dukungan antar teman
“Kita menyadari persoalan psikologi anak-anak kita cukup mengkhawatirkan. Terutama berkaitan dengan kesehatan mental dan emosional mereka. Seperti kecemasan akademik, di mana murid merasa tertekan oleh tuntutan capaian nilai dan beban tugas sekolah yang tinggi. Akibatnya mereka tidak percaya diri, mudah panik, dan takut gagal. Ini sering kita temui di tingkat sekolah menengah,” jelasnya.
Selain itu, tambah Aries, banyak murid mengalami krisis identitas dan rendahnya harga diri yang dipicu oleh perbandingan sosial, bullying, dan konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, perhatian serius dari sekolah, keluarga, dan lingkungan sangat dibutuhkan untuk membantu murid membangun kesehatan mental yang lebih kuat.
“Kami tidak ingin permasalahan ini berlarut-larut. Harus ada penguatan dukungan kelembagaan. Salah satu upaya itu mengintegrasikan praktik konseling berbasis bukti ke dalam struktur sekolah, menyediakan pengembangan profesional berkelanjutan terutama bagi guru konselor, serta mendorong penerapan protokol pencegahan deteksi dini, dan penanganan isu kesehatan mental yang terstandar di satuan pendidikan,” kata Aries.
Ia berharap kedepan mendorong agar model pelatihanberjenjang melalui master trainers terus dilanjutkan, dengan dukungan platform pembelajaran daring yang memudahkan replikasi dan pemantauan dampak. Ia juga menambahkan program ini, dapat membentuk generasi muda yang sehat mental, kuat secara sosial, dan tangguh.
Sementara itu, Kabid GTK Ety Prawesti mengungkapkan, sebanyak 100 guru BK konsisten mengikuti program ini sejak tiga tahun terakhir. Mereka berasal dari SMK negeri dan swasta di Jawa Timur.
Lewat program ini, Ety menyebut ada peningkatan signifikan dalam pemanfaatan instrumen asesmen yang lebih beragam. Selain itu, juga kreativitas dalam penyampaian layanan bimbingan kelompok dan klasikal.
“Ditambah lagi kemampuan guru BK dalam menjalin kemitraan dengan DUDI untuk bimbingan karier juga terlihat. Serta perubahan positif pada sikap dan motivasi peserta didik yang mendapatkan layanan BK. kita harapkan ekosistem ini terus terwujud,” ujarnya .
Secara rinci, Ety menjelaskan selama pelatihan guru BK mendapatkan kesempatan berharga untuk berbagi praktik terbaik, mempelajari metode-metode inovatif, dan mengembangkan jejaring profesional yang lebih luas.
“Saya berharap, lewat program ini bapak/ibu guru BK dapat menyerap ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. manfaatkan setiap sesi, aktif berdiskusi, dan jangan ragu untuk berbagi pandangan. ilmu yang bapak/ibu dapatkan hari ini akan menjadi bekal berharga untuk memberikan layanan bimbingan konseling yang lebih profesional dan relevan bagi murid,” pungkasnya. [ina.wwn]


