Kota Pasuruan, Bhirawa.
Banyaknya bangunan liar yang berdiri di sempadan Sungai Gembong, Kota Pasuruan sangat disayangkan oleh Dinas PU Sumber Daya Air Jawa Timur. Karena,bangunan-bangunan itu menjadi menghambat rencana normalisasi sungai.
Menurut Kepala UPT Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Wilayah Sungai Welang-Pekalen Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur, Anton Dharma, pihaknya menerima banyak usulan normalisasi sungai-sungai di Pasuruan, termasuk Sungai Gembong.
Selanjutnya, sejumlah usulan-usulan itu lalu dikaji sebagai bahan perencanaan kegiatan normalisasi mencegah banjir. ”Untuk di Sungai Gembong susah dinormalisasi, karena banyak bangunan di atas sempadan sungai,” ujar Anton Dharma di Kota Pasuruan, Minggu (19/1).
Anton menjelaskan, bangunan – bangunan yang berdiri di atas sempadan sungai sangat menghambat alat berat. Termasuk juga, menutup ruang pembuangan material sedimentasi saat dikeruk. Harusnya tidak boleh membangun bangunan di sempadan sungai. Tak hanya di area Sungai Gembong, pemandangan serupa juga terjadi di Sungai Rejoso. Disana juga banyak bangunan-bangunan yang berdiri kokoh di sempadan sungai.
”Di Sungai Rejoso, khususnya di kawasan Magersari, Desa Kedawungkulon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan,” imbuh Antin Dharma.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Pasuruan, Gustap Purwoko menegaskan bahwa banyaknya bangunan di sempadan Sungai Gembong menghambat rencana normalisasi.
”Kami selama ini hanya melakukan sosialisasi agar warga tidak membangun bangunan di tepi sungai. Dan, bangunan-bangunan itu sudah berdiri puluhan tahun. Untuk penertiban bangunan yang lama berdiri, itu ranahnya provinsi,” jelas Gustap Purwoko. [hil.fen]
