28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Pemuda “Saleh” Digital

Kebersatuan pemuda tahun 1928, menjadi fenomena dunia saat itu. Bahkan deklarasi ke-Indonesia-an, mengejutkan rezim kolonial. Belanda telah terlena dengan kekuasaan penuh di Indonesia, mengira seluruh tokoh (termasuk raja-raja) telah tunduk. Ada yang ditundukkan dengan pangkat. Ada yang ditundukkan dengan fasilitas. Ada pula yang ditundukkan dengan uang. Tetapi masih terdapat kalangan generasi muda, bukan tokoh utama, yang masih utuh meng-gelora-kan kebangsaan.

Dalam Kongres II Pemuda, tidak menonjolkan keinginan kemerdekaan Indonesia. Melainkan deklarasi kebersatuan pemuda. Tetapi sudah cukup meng-gelora-kan kebangsaan. Dalam Kongres Pemuda, 97 tahun silam, sudah unggul dalam ber-siasat. Antara lain dengan menyembunyikan kata “Merdeka” dalam lagu Indonesia Raya. Diganti dengan kata “Mulia.” Menghindari sensor, dan pem-blokir-an penjajah Belanda.

Rezim penjajah tidak curiga, karena dianggap anak-anak tokoh (priyayi) dari berbagai daerah. Orangtuanya sudah dikenal baik. Deklarasinya: “Ber-tanah air satu, tanah air Indonesia. Berbangsa satu bangsa Indonesia. Berbahasa satu bahasa Indonesia.” Deklarasi ikrar, kemudian dinyatakan sebagai sumpah (janji setia). Sumpah pemuda ini yang menjadi bahan utama (meng-gelora-kan) pemuda untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Terbukti, hanya diperlukan waktu 17 tahun, Indonesia benar-benar menyatakan Kemerdekaan.

Bangsa Indonesia juga menjadi satu-satunya negara yang merebut kemerdekaan melalu perang mengusir penjajah. Walau diperlukan waktu panjang (sejak17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949). Selama 4 tahun 4 bulan dan 10 hari, seluruhnya full perang gerilya. Banyak (ribuan) korban yang gugur menjadi pahlawan, tetapi tidak menyurutkan tekad Merdeka, menjadi bangsa berdaulat. Padahal Belanda, merupakan kelompok “Sekutu” yang baru saja me-menang-kan Perang Dunia kedua (PD II tahun 1939-1945).

Berita Terkait :  Hadapi Potensi Gangguan Kamtibmas, Turunkan 1.500-an Personel Dari Tim Gabungan

Kekalahan Jepang segera diantisipasi cepat kalangan pemuda. Bahkan tokoh-tokoh nasional (yang senior) dianggap lemot. Karena masih terikat janji dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan. Sedangkan Belanda, juga ancang-ancang kembali berkuasa setelah Jepang kalah perang. Tetapi kalangan pemuda santri, tampil di depan, setelah kalangan ulama mem-fatwa-kan resolusi Jihad. Perang Sabil, yang berpuncak pada 10 November 1945, memicu perang di berbagai daerah. Menjadi bukti keberadaan Indonesia.

Tekad Sumpah Pemuda, semakin mempertebal kebangsaan yang merdeka. Kalah persenjataan, bukan mengendurkan semangat kemerdekaan. Bahkan setiap pemuda ter-motivasi menjadi sukarelawan, turut berperang. Usai perang kembali pulang ke kampung, tidak lanjut menjadi tentara. Bahkan tidak mengurus tanda veteran. Sudah sangat bahagia dan bangga turut memperjuangan kemerdekaan.

Zaman berganti, paradigama kepemudaan niscaya bergeser menyesuaikan “panggilan” negara. Sudah banyak pemuda genzi, mampu meraih karir lebih cepat, berbekal pendidikan memadai. Termasuk posisi jabatan politik “warisan orangtua.” Terdapat banyak mantan tokoh pemuda dalam Kabinet Merah – Putih. Generasi muda, hadir dengan tawaran sikap (mental) yang toleran terhadap perbedaan dan keragaman. Sudah dicontohkan Presiden Prabowo Subianto, yang merangkul seluruh komponen bangsa berada dalam pemerintahan.

Namun ironis, masih sangat banyak pula genzi yang terlibat tindakan kriminal sia-sia (tawuran, dan penyalahgunaan narkoba). Seharusnya Genzi tampil menonjol sebagai “melek teknologi.” Era digital membutuhkan Hacker yang “shaleh.” Yakni, meng-informasikan adanya bug (kutu, hama web). Serta informasi kelemahan sistem lainnya. Hacker yang “shaleh” menuai ganjaran yang pantas, dan halal. Karena meretas web sudah sangat sering dilakukan kalangan black hat hacker.

Berita Terkait :  Debat Terakhir Pilgub Jatim, Khofifah-Emil Bentangkan Poster "Jawa Timur Gerbang Baru Nusantara"

Tawaran kerja pada teknologi informasi (IT) sangat besar, pada tingkat nasional dan global. Bahkan di pedesaan juga sudah dibutuhkan tenaga terampil IT. Terutama untuk mengamankan situs web, yang sering dibobol hacker jahat. “Satgas” web menjadi pahlawan, terutama pada obyek vital negara.

——— 000 ———

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru