Oleh :
Nur Kamilia
Dosen Hukum STAI Nurul Huda Situbondo
Menjelang kuartal terakhir tahun 2025, perekonomian Indonesia menunjukkan sinyal positif yang patut diapresiasi. Menteri Keuangan menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal IV diproyeksikan mencapai 5,67 persen. Lebih dari sekadar angka, proyeksi ini menjadi momentum penting: menarik arus modal asing dan memperkuat nilai tukar rupiah, dua elemen yang saling terkait dalam menstabilkan perekonomian nasional.
Optimisme ini muncul di tengah berbagai tantangan global. Kondisi ekonomi dunia masih dipenuhi ketidakpastian akibat fluktuasi suku bunga di negara maju, tekanan inflasi, serta dinamika geopolitik yang memengaruhi perdagangan internasional. Dalam konteks seperti ini, arus modal asing menjadi salah satu indikator sentimen investor terhadap ekonomi domestik. Semakin kuat prospek pertumbuhan, semakin besar peluang investor menanamkan modalnya di Indonesia.
Arus Modal Asing: Indikator Kepercayaan Investor
Arus modal asing adalah cermin kepercayaan investor terhadap stabilitas dan prospek ekonomi suatu negara. Ketika investor melihat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mereka cenderung meningkatkan penempatan dana di pasar saham, obligasi, maupun instrumen investasi lainnya. Proyeksi pertumbuhan kuartal IV sebesar 5,67 persen menjadi sinyal positif bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat.
Selain pertumbuhan, faktor lain yang mendorong masuknya modal asing adalah stabilitas politik, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang pro-investor. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah menyiapkan sejumlah reformasi untuk meningkatkan iklim investasi, mulai dari deregulasi, penyederhanaan perizinan, hingga insentif fiskal bagi sektor strategis. Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi dan iklim usaha yang kondusif semakin memperkuat daya tarik Indonesia bagi investor global.
Masuknya modal asing tidak hanya meningkatkan likuiditas pasar keuangan, tetapi juga mendorong pertumbuhan sektor riil. Modal ini dapat digunakan untuk ekspansi perusahaan, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan industri kreatif maupun manufaktur. Dengan kata lain, arus modal asing menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Rupiah: Kekuatan Nilai Tukar dan Stabilitas Ekonomi
Kuatnya arus modal asing memiliki dampak langsung terhadap nilai tukar rupiah. Setiap aliran masuk devisa dari investor asing menambah cadangan devisa negara, sehingga memperkuat posisi rupiah terhadap dolar dan mata uang asing lainnya. Rupiah yang stabil memberi keuntungan ganda: menekan inflasi impor dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Nilai tukar rupiah yang stabil juga menjadi sinyal positif bagi dunia usaha. Perusahaan yang melakukan impor bahan baku atau ekspor produk tidak perlu menghadapi risiko fluktuasi yang tajam, sehingga perencanaan bisnis menjadi lebih pasti. Dalam konteks ini, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan sekaligus menegaskan potensi penguatan rupiah, menciptakan iklim ekonomi yang lebih sehat dan terkendali.
Namun, penguatan rupiah bukan semata-mata akibat arus modal masuk. Faktor lain seperti kebijakan moneter Bank Indonesia, stabilitas fiskal, serta sentimen global juga memainkan peran penting. Oleh karena itu, sinergi antara pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiskal, dan pengelolaan nilai tukar menjadi kunci untuk menjaga momentum positif di kuartal terakhir tahun ini.
Tantangan dan Strategi untuk Mempertahankan Momentum
Meskipun optimisme terlihat jelas, tetap ada sejumlah tantangan yang harus diantisipasi. Fluktuasi ekonomi global, perubahan suku bunga internasional, hingga risiko geopolitik dapat memengaruhi arus modal dan nilai tukar. Jika tidak dikelola dengan baik, tekanan eksternal dapat menimbulkan volatilitas di pasar keuangan domestik.
Oleh karena itu, pemerintah perlu menjaga kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang konsisten. Insentif untuk investasi asing harus diimbangi dengan pengelolaan defisit anggaran yang sehat. Di sisi moneter, Bank Indonesia perlu menjaga likuiditas dan intervensi yang tepat untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan.
Selain itu, penting untuk mendorong pertumbuhan sektor riil secara merata. Modal asing yang masuk harus dimanfaatkan untuk pengembangan industri manufaktur, teknologi, infrastruktur, dan UMKM. Dengan begitu, arus modal asing tidak hanya berdampak pada pasar keuangan, tetapi juga meningkatkan produktivitas nasional dan membuka lapangan kerja baru.
Transparansi dan komunikasi yang jelas juga menjadi kunci. Investor akan lebih percaya ketika pemerintah secara konsisten memberikan informasi mengenai kebijakan ekonomi, prospek pertumbuhan, dan langkah mitigasi risiko. Hal ini akan menciptakan efek positif berkelanjutan terhadap arus modal dan stabilitas rupiah.
Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2025, arus modal asing, dan penguatan rupiah merupakan kabar baik yang perlu dijaga. Tidak hanya sebagai indikator kinerja ekonomi, tetapi juga sebagai momentum untuk memperkuat fondasi pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Masyarakat dan dunia usaha diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, sementara pemerintah terus memastikan bahwa kebijakan yang diambil mampu mempertahankan stabilitas, transparansi, dan kepercayaan investor.
Dengan kombinasi pertumbuhan ekonomi yang solid, arus modal asing yang sehat, dan nilai tukar rupiah yang stabil, Indonesia memiliki peluang untuk menutup tahun 2025 dengan optimisme dan langkah ekonomi yang lebih kuat, sekaligus membangun fondasi yang kokoh untuk tahun-tahun berikutnya.
———— *** ————-


