Pemprov Jatim, Bhirawa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mulai membuka jalan baru dalam pemanfaatan tembakau. Tak lagi terpaku pada industri rokok, kini tembakau didorong menjadi bahan baku beragam produk hilir seperti bioenergi, pestisida nabati, hingga kosmetik.
Langkah ini diinisiasi oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur yang menggandeng sejumlah perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Dydik Rudy Prasetya, menegaskan bahwa diversifikasi adalah kunci untuk menjaga keberlangsungan komoditas tembakau.
“Kalau ingin tembakau bertahan jangka panjang, kita harus keluar dari ketergantungan tunggal. Inovasi adalah kuncinya,” ujar Dydik.
Menurut Dydik, upaya pengembangan juga diiringi dengan peningkatan produksi melalui berbagai program. Di antaranya program intensifikasi tembakau, bantuan pupuk, dan penyediaan alat mesin pertanian. Tak hanya itu, pelatihan teknis rutin digelar guna meningkatkan kapasitas petani. Mulai dari teknik pembibitan hingga pengembangan benih sesuai standar.
Selama ini, tembakau memang lebih dikenal sebagai bahan utama rokok. Padahal, potensi pemanfaatan tanaman ini jauh lebih luas. Di antaranya untuk produk bio-oil, parfum, pupuk organik, hingga pestisida nabati.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Timur, Muhdi, menyambut baik langkah Pemprov Jatim. Ia menyebut sebagian petani sudah mencoba membuat pestisida alami berbahan dasar tembakau. “Hasilnya manjur. Tapi sayangnya belum ada dukungan nyata dari pemerintah, jadi petani tetap fokus ke rokok,” ungkap Muhdi saat ditemui di Surabaya.
Ia berharap, dengan langkah baru ini, pemerintah dapat lebih serius mendorong riset dan hilirisasi tembakau non-rokok, sehingga petani punya lebih banyak pilihan dan nilai tambah dari tanamannya. [rac.ca]


