Memohon Doa Agar Panen Padi Melimpah, dan Dijauhkan dari Penyakit
Jombang, Bhirawa
Satu per satu petani di Dusun Gudang, Desa Pojokrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang berdatangan ke sawah. Ke lokasi akan dilaksanakannya tradisi ‘Keleman’. Rata-rata mereka membawa tumpeng. Ada pula dari petani yang membawa buah-buahan dan makanan lainnya.
Di lokasi acara, mereka duduk berjajar dan melingkar. Setelah berkumpul, acara kemudian di mulai. Baik pejabat desa, dusun, dan tamu undangan datang.
Tampak ada dari unsur Bintara Pembina Desa (Babinsa), tokoh masyarakat, hingga ada pula anggota legislatif dari DPRD Kabupaten Jombang.
Tak ketinggalan, pengurus kelompok tani setempat juga terlihat sejak pagi sebelum acara di mulai.
Tokoh petani setempat, Slamet Zainuri memulai acara. Dia menjelaskan tujuan digelarnya acara.
“Acara ini untuk selamatan ‘Tingkeban’ Padi,” kata Cak Nu, panggilan akrab Slamet Zainuri, Minggu (02/02).
Sekadar diketahui, dalam tradisi Jawa, Tingkeban biasanya dilakukan untuk selamatan ibu hamil, agar ibu beserta bayinya selamat hingga hari kelahiran.
“Kami berharap ke depan agar petani di desa ini kompak uri-uri, melestarikan tradisi-tradisi petani,” tutur Cak Nu.
Selama ini, tradisi yang biasa dilakukan petani setempat adalah tradisi ‘Wiwit’. Tradisi itu adalah tradisi untuk menandai musim panen Padi tiba.
Sama halnya dengan tradisi ‘Keleman’, ketika melangsungkan tradisi ‘Wiwit’, para petani juga berdoa kepada Tuhan, sebagai bentuk rasa syukur mereka karena Padinya telah panen.
Setelah itu, satu per satu para tokoh memberikan sambutan. Termasuk Kepala Desa Pojokrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Nursan. Nursan juga merupakan seorang petani tulen.
Nursan berharap, apa yang menjadi hajat para petani dikabulkan oleh Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
“Tanamannya diberikan yang bagus, dan juga seluruh petani diberikan kesehatan,” tutur Nursan. Anggota DPRD Jombang, Anas Burhani yang hadir juga berharap, kegiatan ini dapat memberikan keberkahan.
“Semoga ‘Keleman’ ini memberikan keberkahan untuk kita semua,” ucap Anas Burhani.
Di akhir acara, seorang tokoh kemudian memimpin doa. Sementara para petani mengamininya. Mereka tampak khusyuk dalam doa-doa yang dipanjatkan.
Suasana ‘gayeng’ terlihat saat mereka bersama-sama menyantap tumpeng dan makanan yang dibawa petani. Hamparan tanaman Padi yang rata-rata berumur 45 hari setelah tanam di daerah tersebut itu terlihat menghijau. [rif]