Tim Bye Bye Plastics Bags Surabaya (Sumber: Richelleen Widjaja)
Penulis:
Nathania Angelica Santoso
Mahasiswa Fikom Universitas Ciputra Surabaya.
Dalam dunia organisasi saat ini, komunikasi yang positif dan efektif menjadi sebuah pondasi keberhasilan. Bukan hanya sebagai alat dalam menyampaikan komunikasi dan berkomunikasi dengan baik, hal ini dapat memberikan komunikasi yang lebih baik dalam menciptakan komunikasi yang harmonis. Namun, dengan adanya berbagai macam karakter individu di satu organisasi, memastikan komunikasi tercapai dengan baik menjadi tantangan tersendiri. Fenomena komunikasi ini kerap terjadi di dalam organisasi, seperti Bye Bye Plastic Bags (BBPB) Surabaya, yang menyampaikan bagaimana pentingnya dampak akan adanya etika komunikasi.
Bye Bye Plastic Bags Surabaya: Misi Utama
BBPB organisasi non-profit yang berjalan secara independen, dengan tujuan mulia yaitu mengurangi sampah plastik yang ada di dunia melalui program mereka. Berdiri pada tahun 2013 yang berlokasi di Bali, didirikan oleh dua anak muda berusia 21 tahun, Melati dan 19 tahun, Isabel. Organisasi ini telah tersebar di 50 lokasi di dunia dan salah satunya adalah Kota Surabaya. Keunikan dari BBPB ada pada anggotanya yang dalam jenjang usia 13 hingga 21 tahun, yang menjadi tempat bagi anak muda untuk belajar, berkolaborasi dan membangun koneksi.
Cabang di Surabaya telah berdiri pada Mei 2020, organisasi yang berfokus pada lingkungan ini juga fokus dalam pengembangan setiap anggotanya. Dalam wawancara bersama mantan Team Leader, Richelleen Widjadja mengungkapkan bahwa komunikasi internal menjadi peran penting. Richelleen telah mengabdikan dirinya selama lima tahun di BBPB Surabaya dan menceritakan betapa sulitnya memastikan setiap anggota dapat mengerjakan tugas yang baik dan selalu termotivasi dalam melakukan pekerjaanya.
Komunikasi Menjadi Tantangan Utama
Menetapkan etika berkomunikasi dalam internal menjadi perhatian besar Richelleen. Anggota yang memiliki berbagai macam karakter dan latar belakang, cara kerja kekeluargaan menjadi pilihan utama. Namun memulai pendekatan tidak selalu mudah dilakukan. Sebagai pemimpin dalam tim, Richelleen kerap mengalami dilema dalam kebebasan bekerja kepada anggotanya dengan tetap memastikan setiap anggota menghormati atasannya dan tanggung jawabnya.
“BBPB itu kekeluargaan banget apalagi kalau aku yang jadi ketua itu sangat kekeluargaan kalau misalnya ada yang ngomong ‘Aduh Ce gabisa’, Oh yaudah enggak apa-apa, hampir enggak pernah tak marahin, jadi ya sudah tapi justru itu menjadi susah karena gimana caranya mereka tetap bisa respect to the point mereka tetap bisa ngelakuin kerjaannya tapi juga merasa nyaman” ujar Richelleen.
Organisasi ini memiliki 6 divisi, yaitu events, Public Relations, Finance, Media publications and Design, dan Education dengan spesifikasi tugas yang berbeda, sehingga melakukan koordinasi menjadi sangat penting. Sistem komunikasi yang dirancang, selalu dimulai dengan adanya diskusi awal antara koordinator dan ketua, yang kemudian dilanjutkan ke anggota dari masing-masing divisi. Pendekatan seperti ini bertujuan agar setiap anggota dalam organisasi memiliki visi yang sama dan mencegah adanya miskomunikasi.
Bonding Sebagai Cara Meningkatkan Kebersamaan
Setiap organisasi memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengurangi adanya hambatan komunikasi. Salah satu inovasi yang diberikan oleh Richelleen adalah dengan melakukan bonding sebagai cara untuk meningkatkan hubungan yang erat, mengurangi rasa canggung dan mempererat hubungan.
“Kalau yang setiap bulan semua orang gitu setiap bulan itu dan itu cuman ya kayak bonding jadi kayak main-main game gitu ya secara online kayak gitu jadi bonding. Tapi kalau divisi bonding itu juga ada dan itu diharuskan kayak sekali sebulan juga gitu.” ujar Richelleen.
Meski begitu, faktor yang paling penting adalah karakter individu. Divisi Media Publication and Design menjadi salah satu contoh, yaitu menangani anggota dengan karakter yang introvert. Keenganan untuk berkomunikasi dalam tim menyebabkan hasil desain yang inkosisten pada media sosial BBPB Surabaya. Richelleen mengatasi hal ini dengan langsung memberikan contoh dengan mengambil alih tugas anggotanya dan mengunggahnya di sosial media.
“Jadi kadang-kadang itu cara caraku untuk kayak komunikasi keras dengan mereka soalnya aku ngerasa percuma aku marahin mereka enggak mungkin dengerin kayak soalnya sudah dianggap teman jadi ya caranya ya aku membuat mereka sungkan.” ujar Richelleen. Namun ini bukan menjadi solusi utama. Richelleen yakin bahwa memberikan pertanyaan langsung kepada anggota, seperti “Apakah kamu sedang sibuk?”, akan lebih efektif dalam mendorong komunikasi terjadi.
Komunikasi Eksternal: Tantangan dan Pelajaran
Selain komunikasi dalam internal, BBPB Surabaya kerap menghadapi tantangan dalam berkomunikasi dengan pihak eksternal. Sebagai organisasi yang aktif dalam menjalin kerjasama dengan pemerintah, sekolah, dan komunitas, kemampuan berkomunikasi dengan baik menjadi kunci utama. Pelatihan khusus pada divisi Public Relation menjadi jalan yang tepat agar setiap anggota dalam menyampaikan pesan-pesan dengan tepat.
Salah satu keberhasilan komunikasi eksternal adalah pada program bersih-bersih pantai Kenjeran. BBPB Surabaya berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau pada program bersih-bersih, kolaborasi ini menunjukan pentingnya komunikasi profesional. Dimulai dengan adanya penyusunan proposal hingga koordinasi untuk pelaksanaan, hal-hal tersebut dilakukan untuk memastikan dukungan dari pemerintah.
Hal serupa juga dilakukan dalam proses kerjasama dengan sekolah-sekolah di Surabaya. Proposal dan MoU dirancang dengan cermat dan teliti oleh divisi Public Relation untuk menghindari miskomunikasi. Tantangan dalam bahasa menjadi hambatan yang cukup besar, melihat banyaknya anggota BBPB Surabaya yang lebih fasih dalam penggunaan bahasa Inggris. Namun kolaborasi bersama seluruh anggota berhasil menjembatani kesenjangan yang terjadi.
Refleksi dan Pembelajaran
Pengalaman dari Bye Bye Plastic Bags Surabaya memperlihatkan bahwa komunikasi bukan hanya menjadi alat, namun sebuah seni yang memerlukan adanya empati, keterbukaan, dan inovasi.
Komunikasi dengan etika yang baik tidak hanya memperkuat hubungan internal, namun juga memberikan citra yang positif di sisi pihak eksternal. Bagi organisasi BBPB Surabaya, yang berjalan dengan adanya semangat anak-anak muda dengan misi mulia tanpa adanya timbal balik dalam bentuk finansial, komunikasi menjadi alat penting untuk mencapai tujuan.
Dalam dunia yang terus berkembang, perjalan yang didapatkan dari Bye Bye Plastic Bags Surabaya, menunjukkan bahwa komunikasi bukan hanya sekedar pemberian informasi, namun juga sebagai alat dalam membangun koneksi. Organisasi manapun dapat belajar melalui pengalaman pendekatan yang dilakukan oleh BBPB Surabaya, dengan menekankan etika, profesionalisme, kekeluargaan dan komunikasi komunikatif.
Editor : Helmy Supriyatno.