25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Unusa dan Kemenkes Kampanyekan Pertolongan Pertama Luka Psikologis di Pesantren Sidoarjo

Surabaya, Bhirawa
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) terus memperkuat peran perguruan tinggi dalam peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya di kalangan remaja pesantren. Bersama Kementerian Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, dan Center for Public Mental Health (CPMH), Unusa menggelar kegiatan Kampanye Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP) di lima pondok pesantren di Kabupaten Sidoarjo.
Kelima pesantren yang terlibat antara lain Ponpes Al Hidayah, Ponpes As-Syafi’iyah, Ponpes Jabal Noer, Ponpes Burhanul Hidayah, dan Ponpes Mambaul Ulum Panjunan.
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta kemampuan warga pesantren—baik santri, pengasuh, maupun tenaga pendidik—dalam mengenali tanda-tanda gangguan psikologis dan memberikan pertolongan awal (first psychological aid) bagi santri yang mengalami tekanan emosional, Sabtu, (8/11)
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, dr Imran Pambudi MPHM menegaskan, kesehatan jiwa menjadi aspek penting yang berdampak langsung terhadap kualitas hidup dan produktivitas masyarakat.
ā€˜ā€™Sebagian besar kelompok usia produktif berada di lingkungan pendidikan, termasuk pesantren. Kondisi ini dapat memunculkan tekanan psikologis apabila tidak ditangani dengan tepat,’’ ujarnya.
dr Imran berharap kegiatan ini menjadi momentum kolaborasi yang kuat antara Kemenkes dan Unusa dalam memperkuat kesehatan jiwa di kalangan pelajar dan santri. Program ini diharapkan menjadi langkah awal membangun pesantren yang ramah kesehatan mental.
Salah satu narasumber, dr Paramita Sari MSc, dosen Fakultas Kedokteran Unusa, memaparkan materi ā€˜Mental Health pada Remaja’ menjelaskan, remaja pesantren menghadapi tantangan khas, mulai dari adaptasi terhadap kehidupan komunal, tekanan akademik, hingga keterbatasan akses layanan kesehatan mental.
ā€˜ā€™Luka psikologis tidak selalu terlihat, tetapi bisa berdampak panjang terhadap perilaku dan prestasi belajar. Karena itu, penting bagi santri dan pengasuh memiliki kemampuan dasar dalam memberikan dukungan psikologis,’’ terangnya.
Program P3LP ini menjadi wujud sinergi antara akademisi dan pesantren melalui pendekatan berbasis komunitas dan nilai-nilai keagamaan. Unusa berperan dalam desain pelatihan, pendampingan, serta pembentukan jejaring konselor sebaya (peer counselor) di lingkungan pesantren.
Selain seminar dan edukasi, kegiatan juga meliputi simulasi penanganan awal kasus psikologis, pelatihan konselor sebaya, serta pembentukan jejaring pendamping kesehatan mental pesantren yang berkoordinasi dengan fasilitas layanan kesehatan setempat. Melalui upaya ini, pesantren diharapkan memiliki sistem deteksi dini serta rujukan bagi santri yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Dekan Fakultas Kedokteran Unusa, Dr Handayani dr MKes menegaskan, kegiatan ini merupakan langkah nyata dalam pencegahan gangguan psikologis di pesantren yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter generasi bangsa.
ā€˜ā€™Program ini sejalan dengan visi Unusa yang berfokus pada pemberdayaan komunitas pesantren agar semakin sehat, kuat, dan berdaya. Kesehatan mental adalah pondasi utama dalam kehidupan,’’ jelasnya. ren.fen

Berita Terkait :  Dosen ASN Politeknik Negeri Madiun, Demo Tuntut Pencairan Tukin

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru