Kota Malang, Bhirawa
Tim Doktor mengabdi Universitas Brawijaya (UB) membuat trobosan, dengan menyulap Desa Ngampungan di Kapupaten Jombang menjadi, desa Smart Agriculture.
Tim Doktor Mengabdi (DM) Universitas Brawijaya (UB) sukses mentransformasi desa tersebut menjadi lokasi pertanian cerdas (smart agriculture) melalui implementasi teknologi Internet of Things (IoT).
Kegiatan pengabdian ini merupakan komitmen UB dalam mendukung penerapan pertanian presisi di pedesaan.
Tim DM, yang diketuai oleh Dr. Rosihan Asmara, SE., MP., memasang perangkat sensor otomatis yang memungkinkan pemantauan iklim secara real-time. Kolaborasi ini melibatkan lintas disiplin, termasuk Dr. Raden Arif Setyawan, ST., MT. dari Jurusan Teknik Elektro, serta mahasiswa dari Program Studi Agribisnis dan Teknik Elektro.
Dr. Rosihan Asmara menjelaskan bahwa perangkat sensor yang dipasang memiliki kemampuan tinggi. Alat ini mampu mengukur variabel penting mulai dari suhu udara, kecepatan dan arah angin, curah hujan, kelembaban, hingga tekanan udara.
“Melalui kegiatan ini, kami berupaya mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna untuk membantu petani beradaptasi terhadap perubahan iklim dan meningkatkan produktivitasnya,” terang Rosihan.
Seluruh data yang terukur dikirim langsung ke server berbasis cloud dan dapat diakses secara daring. Hal ini memungkinkan petani dan perangkat desa mengambil keputusan terkait pertanian -seperti waktu tanam, pengairan, dan pemupukan- menjadi lebih akurat dan efisien.
Kepala Desa Ngampungan, Bapak Rohan, menyambut baik dan menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas program inovatif dari UB ini.
“Program ini membantu petani kami untuk mengetahui kondisi iklim dengan lebih akurat. Dengan begitu, mereka dapat menentukan waktu tanam, pengairan, dan pemupukan secara lebih tepat,” ujar Rohan.
Rohan juga berharap, teknologi ini tidak berhenti pada pengukuran iklim saja. Ia berharap ke depan teknologi ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengukur unsur hara tanah.
“Jika kekurangan atau kelebihan unsur hara dapat segera diantisipasi, tentu akan menekan risiko gagal panen secara signifikan,” tambahnya.
Program ini menjadi contoh nyata sinergi antara akademisi, pemerintah desa, dan masyarakat dalam adopsi teknologi digital di sektor pertanian, sekaligus diharapkan menjadi model pengembangan pertanian presisi di wilayah Indonesia lainnya. [mut.wwn]


