Kota Malang, Bhirawa
Direktorat Kemahasiswaan Universitas Brawijaya (UB) dengan sigap membuka Crisis Center sebagai pusat verifikasi dan penyaluran bantuan bagi Mahasiswa Terdampak Bencana di Pulau Sumatera.
Langkah progresif ini diambil untuk memastikan tidak ada satupun mahasiswa yang terlewat, serta menjamin bantuan disalurkan secara tepat, cepat, dan sesuai kebutuhan mendesak mereka.
Komitmen serius UB ditunjukkan dengan hadirnya Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Dr. Setiawan Noerdajasakti, S.H., M.H., yang turun langsung ke lapangan.
Setiawan mengawasi ketat jalannya pendataan dan pengecekan dokumen para mahasiswa terdampak.
Pihaknya menekankan bahwa verifikasi ini adalah tahap krusial sebelum bantuan disalurkan. “Kami ingin memastikan bahwa seluruh mahasiswa yang terdampak benar-benar mendapatkan bantuan tanpa ada yang terlewat. Inilah bentuk tanggung jawab UB untuk hadir dalam kondisi darurat, terutama ketika mahasiswa sedang mengalami kesulitan,” ujarnya di lokasi verifikasi.
Ia menegaskan, UB langsung bergerak cepat setelah laporan mengenai mahasiswa terdampak bencana Sumatera diterima Crisis Center. Pendataan awal menunjukkan bahwa sejumlah mahasiswa mengalami kendala finansial, kesulitan akses komunikasi, hingga kehilangan tempat tinggal sementara.
“Bantuan tidak hanya berbentuk uang, tetapi juga dukungan psikologis, kebutuhan harian, dan akses akademik. Kami tidak ingin mahasiswa terhambat proses pendidikannya akibat bencana,” tambahnya.
Verifikasi yang dilakukan hari ini merupakan bagian dari rangkaian tahapan penanganan bencana yang telah disiapkan kampus. Setelah verifikasi selesai, UB segera melakukan rapat tindak lanjut untuk menentukan jenis bantuan dan waktu penyalurannya. Putusan ini diharapkan dapat mengurangi beban mahasiswa dan membantu mereka kembali stabil menjalani kegiatan akademik.
Setiawan menegaskan bahwa UB akan terus memantau perkembangan kondisi mahasiswa di Sumatera. “Kami tidak hanya menyalurkan bantuan, tetapi juga memantau situasi hingga mahasiswa benar-benar pulih. UB akan terus hadir mendampingi, karena keselamatan dan kenyamanan mahasiswa adalah prioritas kami,” tegasnya.
Hingga Selasa (9/12) sore kemarin, proses verifikasi masih berlangsung dan melibatkan sejumlah petugas dari Direktorat Kemahasiswaan.
UB menargetkan seluruh pendataan dapat selesai dalam waktu singkat agar bantuan dapat segera disalurkan secara resmi. Mekanisme Crisis Center UB mendapat dukungan penuh dari Sekretaris Menteri Koordinator Pelayanan Eksekutif Mahasiswa (EM UB), Yusuf Hafidzun Alim. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam proses pendataan agar setiap kebutuhan mahasiswa teridentifikasi dengan baik.
“Kami memastikan bahwa seluruh prosedur verifikasi berjalan transparan dan akurat. Kolaborasi ini dilakukan agar bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran dan sesuai regulasi kampus,” katanya.
Proses verifikasi dilakukan dengan mencocokkan identitas, bukti kondisi terdampak, serta kebutuhan yang diajukan. Crisis Center UB menerapkan mekanisme wawancara langsung dan verifikasi dokumen untuk memastikan validitas informasi.
Verifikator mencatat bahwa beberapa mahasiswa membutuhkan bantuan mendesak, termasuk akomodasi sementara dan bantuan logistik.
Deu Gulton, Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang berasal dari wilayah terdampak (Sumatra Utara, Aceh, Sumatra Barat) menyampaikan apresiasi. Ia menyebut langkah UB ini menunjukkan kepekaan dan rasa kemanusian yang tinggi.
“Banjir yang terjadi sangat besar, bahkan sampai ada rumah yang tertutup oleh lumpur. Terputusnya akses jalan dan komunikasi membuat beberapa teman mahasiswa kita belum dikirim uang bulanan. Dengan adanya bantuan dana dari UB, itu sangat membantu teman kita dan juga saya. Saya mengucapkan terima kasih. Buat teman-teman kita yang terkena banjir, tetap kuat dan semangat” pungkas Deu. [mut.wwn]


