27 C
Sidoarjo
Friday, December 19, 2025
spot_img

UM Surabaya Kukuhkan Guru Besar Baru, Genap Miliki 14 Profesor


Surabaya, Bhirawa
Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya kukuhkan dua Guru Besar baru dibidang Ilmu Keperawatan Komunitas yakni Prof. Dr. Pipit Festi Wiliyanarti, S.Kep., Ns., M.Kes., dan Pengukuhan Guru Besar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Prof Dr Dra Sujinah, M.Pd . Kini, dengan dikukuhkannya dua Gubes baru, UM Surabaya genap memiliki 14 akademisi bergelar profesor.

Prosesi pengukuhan berlangsung di Auditorium AT-Tauhid Tower Lt.13 UM Surabaya, Kamis (23/10).

Rektor UM Surabaya menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas bertambahnya jumlah Guru Besar di lingkungan kampus.

“Alhamdulillah, yang sudah ada guru besar di kami ada 12, dan ditambah dua yang dikukuhkan hari ini menjadi total 14 guru besar,” ujarnya.

Menurutnya, bertambahnya jumlah guru besar diharapkan mampu memperkuat atmosfer akademik dan riset di UM Surabaya.

“Kami berharap dengan bertambahnya jumlah guru besar ini, atmosfer akademik di UM Surabaya semakin tumbuh dan semakin kelihatan. Sebagaimana program nasional Kemendikbudristek, kampus harus berdampak. Jadi peran guru besar kami harapkan bukan hanya bergelut dalam riset yang selesai di jurnal, tapi benar-benar bisa turun ke masyarakat dan memberikan solusi melalui karya riset yang bermanfaat luas,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa UM Surabaya memiliki target ambisius untuk memperbanyak jumlah profesor di tahun ini.

“Kami menargetkan akan memiliki sekitar 10 persen dari jumlah dosen bisa menjadi guru besar. Artinya, kalau total dosen kami sekitar 400 orang, maka targetnya sekitar 40 guru besar. Meskipun target itu besar, kami berupaya agar minimal bisa tercapai secara bertahap,” paparnya.

Berita Terkait :  Penulisan Ulang Sejarah Momentum Luruskan Kelahiran Tokoh Bangsa

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa saat ini sudah ada dua dosen lagi yang tengah berproses menuju guru besar dan sekitar sepuluh dosen yang telah memenuhi syarat atau eligible. Untuk mempercepat proses tersebut, UM Surabaya juga telah membentuk tim percepatan dan pendampingan publikasi ilmiah.

“Karena ini bagian dari program akselerasi, kami bentuk tim khusus untuk mendampingi dosen-dosen lektor kepala yang sudah eligible agar lebih siap dalam pengajuan guru besar,” tambahnya.

Dengan penambahan dua profesor baru ini, ia menegaskan komitmennya untuk terus mendorong peningkatan mutu akademik, riset, dan kontribusi nyata bagi masyarakat.

Dalam orasinya, Prof. Pipit memperkenalkan konsep Health Promoting Family, yaitu keluarga yang tidak sekadar menjadi penerima layanan kesehatan, tetapi menjadi penggerak perilaku hidup sehat di lingkungannya.

Ia menegaskan, keluarga harus menjadi tempat pertama menanamkan nilai gizi seimbang, kebersihan lingkungan, dan kesehatan mental.

“Jika setiap rumah tangga menjadi health promoting family, maka komunitas sehat dan bangsa kuat akan lahir dengan sendirinya,” ungkapnya.

Pendekatan ini, lanjutnya, menuntut keterlibatan seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak sebagai subjek yang aktif menjaga kesehatan. Anak bisa menjadi pengingat jadwal imunisasi, mengajarkan penggunaan aplikasi SatuSehat, hingga membantu orang tua memahami informasi medis digital.

Prof. Pipit juga menyoroti rendahnya literasi kesehatan masyarakat Indonesia.

“Banyak keluarga tidak tahu cara membaca hasil pemeriksaan, memilih makanan bergizi, atau menggunakan aplikasi kesehatan,” ujarnya.

Berita Terkait :  Kelola Sampah Organik, Prodi Agroindustri Untag Surabaya Dorong Warga Desa Pabean Hasilkan Probiotik dan Kompos Ramah Lingkungan

Ia menekankan bahwa peningkatan literasi kesehatan menjadi strategi penting dalam membentuk keluarga yang mandiri dan tangguh menghadapi tantangan kesehatan.

Ia memberi perhatian khusus pada peran perempuan dan ibu dalam perubahan perilaku kesehatan keluarga.

“Perempuan adalah pusat kehidupan. Ketika seorang ibu sehat dan berpengetahuan, satu keluarga akan selamat,” tegasnya.

Melalui penelitian dan pengabdian masyarakatnya, Prof. Pipit mengembangkan model pencegahan stunting berbasis Health Promoting Family di daerah pesisir Lamongan dan Madura.

Hasilnya menunjukkan bahwa intervensi berbasis budaya lokal dan pemberdayaan keluarga lebih efektif dibandingkan pendekatan seragam. [ina.kt]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru