Madiun, Bhirawa
Setelah fase sosialisasi yang dilakukan selama 6 bulan dari bulan Juni 2024, Pertamina Patra Niaga kini meningkatkan fase dari sosialisasi menjadi ujicoba penggunaan QR Code, berikut beberapa tanggapan dari konsumen di Karesidenan Madiun
Salah satunya konsumen dari Kabupaten Ponorogo yang menyambut positif ujicoba tersebut.
Zainul Rohman, salah satu pengguna BBM bersubsidi, mengungkapkan bahwa penerapan QR Code membuat pembelian Pertalite menjadi lebih tertata. Sistemnya membantu memastikan bahwa BBM benar-benar sampai ke masyarakat yang membutuhkan
“Dengan adanya QR Code ini, distribusi BBM bersubsidi jenis Pertalite jadi lebih tepat sasaran,” kata Zainul, Senin (11/11).
Hal senada dikatakan Sony Dwi Prasetyo, menurutnya QR Code yang digunakan dalam proses pembelian turut membatasi potensi pembelian Pertalite yang berlebihan. Dengan implementasi teknologi QR Code, Sony menginginkan masyarakat yang berhak, diharapkan dapat menerima BBM dengan lebih adil dan terukur.
“QR Code ini bagus karena bisa mencegah pembelian yang melebihi batas, sehingga BBM bersubsidi dapat dinikmati lebih merata oleh masyarakat,” kata Sony.
Selain itu, pelanggan Pertalite di Magetan bernama Erfan Miftahul, pengguna Pertalite yang memberikan pandangannya terkait implementasi QR Code ini. Menurut Erfan, penggunaan QR Code memiliki dampak positif bagi konsumen.
“Sebagai konsumen, sebenarnya ada baiknya juga, karena dengan QR Code ini, pengguna Pertalite lebih selektif dan benar-benar mereka yang membutuhkan. Sebelumnya, kendaraan mewah sering juga antre untuk mengisi Pertalite. Tapi sekarang sudah tidak bisa lagi, karena hanya kendaraan dengan kriteria khusus, seperti taksi, ojek online, dan mobil dengan kapasitas mesin 1.500 cc ke bawah yang bisa mendapatkan Pertalite,” ujar pria yang bekerja sebagai driver taksi online itu.
Proses Pendaftaran yang Cukup Mudah
Berbeda lagi dengan Agus Triawan, konsumen SPBU di Kota Madiun, yang membeberkan kemudahan proses pendaftaran QR Code. Wawan, panggilan akrab lelaki 2 anak itu menganggap prosedurnya cukup mudaMuda
Namun, ia menyoroti adanya kesulitan bagi sebagian kelompok, seperti lansia atau mereka yang tidak terbiasa dengan teknologi.
“Prosesnya sebenarnya mudah, tapi bagi yang sudah lansia atau yang gagap teknologi (gaptek) mungkin akan kesulitan. Untuk yang merasa kesulitan, pihak SPBU biasanya bisa membantu dalam pendaftaran, asalkan data dan kelengkapan sebagai syarat pendaftaran sudah sesuai,” jelasnya.
Wawan juga berharap dengan adanya QR Code, subsidi Pertalite bisa lebih tepat sasaran. “Harapannya, dengan adanya barcode, subsidi ini kedepannya bisa lebih tepat sasaran. Contohnya, teman saya yang punya mobil Honda Jazz sekarang tidak bisa lagi isi Pertalite, dan harus menggunakan Pertamax,” tuturnya.
Sementara itu, kebijakan penggunaan QR Code ini diharapkan dapat memastikan bahwa subsidi bahan bakar benar-benar dinikmati oleh kalangan yang berhak, khususnya untuk kelompok kendaraan yang memerlukan dukungan subsidi dari pemerintah.
Namun, lain hal dengan Aji Perdana yang melintas di Ngawi salah seorang Pengendara R4 pun sempat kaget terkait penggunaan QR Code untuk pembelian Pertalite di SPBU.
“Tadi mau mengisi BBM Pertalite, namun disampaikan petugas ada kebijakan baru dengan QR Code, karena baru tau akhirnya saya terpaksa beli BBM non subsidi jenis Pertamax dulu. Kemudian nanti baru coba daftar buat QR Code melalui aplikasi,” ujarnya.
Meski begitu, pengguna kendaraan roda empat menyambut baik adanya kebijakan QR Code untuk pembelian Pertalite.
PT Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus mencatat ada 700 ribu lebih mobil yang terdaftar sebagai pembeli Pertalite memakai QR Code di Jawa Timur.
Area Manager Communication, Relation and CSR PT Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi merinci total di Jatim ada 747.748 kendaraan yang sudah terdaftar. [riq]