Sidoarjo, Bhirawa.
Suhu panas yang terus berlangsung hingga saat ini, berdampak pada udang yang ditebar petani di sejumlah tambak di wilayah kecamatan yang ada Kabupaten Sidoarjo. Diantaranya ada yang sampai mati.
Diantaranya seperti petani udang di wilayah Kecamatan Candi, Sedati, Buduran dan Kecamatan Sidoarjo.
Satgas Kebersihan Lingkungan tambak dari PT Atina Sidoarjo, Fery, mengatakan meski banyak udang yang mati, karena salinitas yang tinggi itu, tetapi menurutnya penjaga tambak harus pandai-pandai dalam mensiasasti lingkungan tambaknya masing-masing.
Mengantisipasi kegagalan itu, para petani udang Windu dan Vanamei ini, juga mengandalkan Bandeng, sebagai antisipasi kegagalan panen udang mereka tersebut.
“Mudah-mudahan saat panen harga Bandeng tidak anjlok,” kata Fery, Senin (21/10) kemarin. Harga anjlok terjadi, kata Fery, apabila panen Bandeng terjadi bersamaan. Akibatnya harga ikan Bandeng menjadi murah. Stock Bandeng banyak, tetapi pembelinya sedikit.
Panen Bandeng di wilayah Sidoarjo, setahu Fery, tiap hari ada. Ini bisa dilihat pada pasar ikan Sidoarjo, pada pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB. Bandeng ini tersedia disana, didapat dari Panen culik/parsial maupun panen sisa.
Fery mengatakan pada suhu panas saat ini, pasokan air tawar dari hulu kapasitasnya kecil atau Kurang sekali, membuat udang banyak yang mati.
Padahal yang dibutuhkan untuk budidaya udang itu, air payau ukuran salinitasnya minimal 15 ppt sampai 25 ppt.
“Apabila salinitas tinggi, udang maupun ikan hanya bertahan hidup saja, tidak bisa memperbesar atau memperberat tubuh. Ikan atau udang yang tidak kuat akan mati,” kata Fery.
Kondisi berat juga sedang dihadapi petani garam di sejumlah wilayah Sidoarjo. Misalnya terdapat di Desa Banjarkemuning, Kalanganyar dan Gisikcemandi Kecamatan Sedati.
Produksi garam rakyat itu melimpah, tetapi harganya murah. Dalam 1 sak seberat 54kg, dihargai sebesar Rp35 ribu.
“Petani Sidoarjo tidak pernah menangis, mereka petani tangguh,” kata Fery. [kus.dre]