Oleh :
Dadang Roman Sulistiyo
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya
Tak sedikit dari kita pasti berpikir bahwa perempuan hanyalah sosok yang lemah dan hanya bisa mengurus rumah tangga. Pengakuan tersebut muncul karena adanya konstruksi budaya masyarakat mengenai stereotip gender. Sebagai orang awam, banyak diantara kita yang masih belum sadar tentang kesenjangan gender yang terjadi.
Banyak yang beranggapan bahwasannya laki-laki lebih pantas duduk di meja kepemimpinan. Akan tetapi, pernyataan tersebut tak berlaku pada Tri Rismaharini yang sukses dalam mengemban tugas sebagai Walikota Perempuan Pertama di Surabaya.
Lalu, bagaimanakah perjalanan Tri Rismaharini sebagai Walikota Perempuan Pertama di Surabaya serta pembangunan seperti apa yang telah dilakukan? Berikut merupakan penjelasan terkait Tri Rismaharini.
Siapa yang tak kenal dengan perempuan tegas satu ini? Ya, ia adalah Tri Rismaharini. Tri Rismaharini atau biasa dikenal dengan sapaan Bu Risma lahir di Kediri pada tanggal 20 November 1961. Perempuan yang lahir pada tahun 1961 ini menempuh pendidikan S-1 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan jurusan Arsitektur dan lulus pada tahun 1987.
Setelah itu, Risma melanjutkan S-2 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan program Manajemen Pembangunan dan lulus pada tahun 2002.
Risma mengawali karir kepemimpinannya melalui Kepala Dinas dan Pertamanan Kota Surabaya (DKP) pada tahun 2005 sampai 2008. Pada saat itu, Risma mulai fokus pada pembersihan serta memperindah Kota Surabaya. Selama tiga tahun menjabat, Risma sukses menurunkan volume sampah di Surabaya. Ia merubah Surabaya yang mulanya kumuh menjadi bersih berseri. Setelah menjalankan tugasnya sebagai kepala DKP, Risma dipercaya untuk menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (Bappeko) pada tahun 2008 sampai 2010 sebelum ia di usung sebagai calon Walikota Surabaya.
Atas kerja kerasnya yang telah memberi perubahan positif Kota Surabaya, Risma mulai dipertimbangkan masuk dalam gelanggang politik menjadi Walikota Surabaya. Alhasil, perempuan kelahiran Kediri ini berhasil menang sekaligus menjabat selama dua periode sebagai Walikota Surabaya pada tahun 2010 sampai 2020.
Risma merupakan sosok perempuan pertama yang berhasil mengemban tugas sebagai Walikota Surabaya sekaligus perempuan pertama yang terpilih sebagai Walikota melalui proses demokrasi di era reformasi. Tak hanya itu, Risma merupakan pemimpin wanita pertama di Indonesia yang seringkali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia.
Selama dua periode memimpin Surabaya, Risma tak hanya tinggal diam dan berpangku tangan saja. Ia merupakan sosok pemimpin pekerja keras, ulet, berintegritas dan lugas. Risma berperan penting dalam menciptakan revolusi yang berarti bagi Surabaya. Di bawah komandonya, ia berhasil meyulap taman kota menjadi lebih tertata, merevitalisasi serta mengembangkan transportrasi umum yang lebih mudah dijangkau. Dengan kepemimpinannya, Surabaya berhasil berkembang pesat dalam ranah pembangunan.
Tak hanya itu, atas kontribusi positifnya Risma juga dipercaya menjadi Menteri Sosial Republik Indonesia pada tahun 2020 menggantikan Juliari Batubara yang tersandung kasus korupsi. Risma resmi dilantik sebagai Menteri Sosial pada tanggal 23 Desember 2020 yang saat itu dilantik langsung oleh Presiden Joko Widodo bersama enam Menteri lainnya.
Banyak dari kita mengenal Risma sebagai pemimpin yang tak banyak bicara dalam bekerja dan lugas dalam praktiknya. Hal tersebut membuat Risma mendapat pengakuan sebagai Walikota terbaik melalui World Mayor Prize pada tahun 2020. Risma merupakan salah satu pemimpin yang teguh pada pendiriannya dan visioner. Risma memberikan pengaruh yang luar biasa dalam memimpin Surabaya. Ia berhasil merubah Surabaya menjadi kota yang bersih, modern dan berkembang pesat.
Arek-arek Suroboyo pasti kenal dengan gaya kepemimpinan wanita satu ini. Dikenal sebagai Walikota yang tegas dengan sikapnya yang nyentrik, Risma kerap kali terjun langsung ke lapangan untuk menyukseskan programnya. Dari menyapu jalan, membersihkan selokan serta ikut mengatur jalannya lalu lintas kerap ia lakukan. Tak heran jika wanita paruh baya ini dicap sebagai sosok yang pekerja keras dan ulet.
Risma juga berani mengkritik dan tak canggung untuk memarahi pegawai yang tak serius dalam bekerja, khususnya melayani masyarakat. Pegawai yang berleha-leha dalam bekerja akan senantiasa ia kritik sehingga dapat membangun pelayanan dan keseriusan dalam bekerja. Dengan begitu, tidak mengherankan jika Tri Rismaharini merupakan sosok yang disegani oleh masyarakat.
Berbicara tentang Surabaya, tak afdol jika tidak mengaitkannya dengan Persebaya Surabaya. Tak hanya mengenai politik, bidang olahraga juga menjadi sorotan Risma dalam membangun Surabaya. Pada laga antara Persebaya melawan Persija tahun 2019, Risma nampak berada di locker room Persebaya Surabaya tengah memberikan semangat kepada para pemain dan staff Bajul Ijo. Hal tersebut menuai komentar positif dari Bonek Mania. Dilansir dari akun You Tube (via komentar) Official Persebaya, Risma yang saat itu masih menjabat sebagai Walikota Surabaya mendapat panggilan “Mak” yang berarti “Ibu” dari para suppoerter Bajul Ijo. Hal tersebut menunjukkan betapa dekatnya warga Surabaya dengan Risma.
Perjalanan Risma di atas merupakan bukti nyata bahwasannya perempuan juga berperan penting dalam pembangunan. Dari apa yang telah dilakukan Risma, kita bisa sadar dan melek bahwa perempuan bukan hanya mampu mengurus rumah tangga tetapi perempuan juga mampu mengurus urgensi pemerintahan.
Upaya Risma dalam membangun Surabaya merupakan hal yang sangat diinginkan masyarakat kota lain dengan pembangunan yang masih belum merata. Risma membiktikan dengan kerja keras dan kerja bersih, ia mampu mengemban tugas dengan baik. Risma memotivasi kita sebagai anak muda khususnya perempuan harus berani dalam mengambil keputusan, menghadapi rintangan, berpendapat, serta bekontribusi dalam perubahan.
———— *** ————–