Oleh:
Yanuar Abidin, Ponorogo
Monumen Bantarangin Ponorogo menjadi saksi ribuan orang berebut buceng porak, Selasa (31/07) sore. Monumen di Desa Somoroto, Kecamatan Kauman itu menjadi venue rangkaian Grebeg Tutup Suro Ponorogo.
Dari tahun ke tahun, antusiasme masyarakat pada tradisi buceng porak tidak surut. Ribuan masyarakat terlihat menyemut dan berjejal di sepanjang rute kirab buceng porak hingga sekitar monumen.
Ada prosesi serah terima sebelum buceng itu diarak, dari Bupati Ponorogo ke Camat Kauman. Lima buceng porak kemudian diarak dari Kantor Kecamatan Kauman ke Monumen Bantarangin. Setibanya di monumen, buceng itu ludes diserbu warga dalam waktu singkat.
Lima buceng itu berasal dari Bupati Sugiri Sancoko, Wakil Bupati Lisdyarita, Ketua DPRD Sunarto, Camat Kauman, dan Kepala Desa se-Kauman. Buceng yang berisi sayur, buah, dan hasil bumi lain merupakan wujud rasa syukur atas limpahan rezeki dari Yang Maha Kuasa.
“Prinsip buceng porak ini sedekah. Kita berdoa kepada Allah lalu buceng kita porak bersama – sama supaya berkah. Semoga Allah memberkahi kita semua,” kata Sugiri Sancoko.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Grebeg Tutup Suro adalah acara penutup yang dilakukan di akhir bulan Suro atau Muharram. Lokasinya berada di Bantarangin karena diyakini menjadi tempat lahir seni budaya Reog Ponorogo.
“Rangkaian kegiatan banyak, mulai kirab pusaka, kirab budaya, buceng porak, wayang kulit, hingga pameran UMKM. Selain nguri – uri budaya, kegiatan ini juga memutar kincir ekonomi,” jelasnya.
Mengingat Grebeg Tutup Suro punya banyak manfaat, Sugiri berharap siapapun pemimpinnya wajib meneruskan budaya tersebut. [yan.gat]