Pemilik foto Mbah Suro, Sulisyono Imam Jayaharja yang merupakan tokoh dan budayawan dari Mangunan, Kabuh, Jombang, foto: arif yulianto/bhirawa.
Jombang, Bhirawa.
Seorang tokoh dan budayawan dari Desa Mangunan, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang Sulisyono Imam Jayaharja mengungkapkan sosok kakek tua yang menjadi saksi kelahiran Bung Karno di Ploso Jombang pada 6 Juni 1902. Kakek tua yang dimaksud adalah Mbah Suro atau Kek Suro yang memiliki nama lengkap Mas Kiai Surosentono.
Sulisyono menceritakan, keluarganya memiliki dokumen foto keluarga di mana di dalamnya terdapat sosok Mbah Suro.
Foto tersebut terdapat dalam satu frame bersama foto-foto tokoh Kabuh Jombang pada tahun 1925.
“Di dalam foto itu ada buyut kami yang bernama Buyut Haji Ilyas yang merupakan Lurah Brumbung Mangunan Kabuh saat itu, lalu ada Raden Djamilun, dan juga terdapat foto Mbah Suro,” terang Sulisyono Imam Jayaharja.
Terdapat keterangan tulisan dalam foto tersebut. Yakni, ‘Koenjoengan R. Djamiloen ke Broemboeng 1925’. Diketahui, Brumbung adalah Desa Mangunan saat ini.
Sulisyono menjelaskan, Mbah Suro adalah kawan dari Buyut Ilyas. Selain menjadi Lurah Brumbung, Buyut Ilyas juga merupakan pimpinan Tarekat Satariyah wilayah utara Brantas saat itu.
“Nah yang mengambil foto atau memfoto adalah Pakdhe Ikhwan, cucu Buyut Ilyas. Saat itu Pakdhe Ikhwan merupakan pegawai ‘Duoane’ atau Bea Cukai masa Hindia Belanda. Jadi foto itu foto koleksi keluarga kami,” terang dia.
Sulisyono merinci, Moch. Ikhwan atau Pakdhe Ikhwan adalah putra pertama dari Buyut Lurah Sumo Sadan yang merupakan putra pertama Buyut Haji Ilyas.
“Jadi Pakdhe Ikhwan ini adalah cucu pertama dari Buyut Haji Ilyas,” tuturnya.
Masih menurutnya, Buyut Haji Ilyas memiliki empat orang anak. Pertama adalah Buyut Lurah Sumo Sadan, lalu Haji Abdurrosyid, kemudian yang ketiga meninggal dunia waktu masih kecil, dan yang keempat adalah Mbah Watini.
“Mbah Watini ini eyang putri saya. Beliau adalah istri Mbah Pawirohardjo anak dari Buyut Terik Sumopawiro,” rinci Sulisyono.
“Buyut Terik Sumopawiro adalah anak dari Canggah Sumohardjo yang pernah jadi Lurah Karang Pakis, domisili di Pumpungan, maka disebut Mbah Bau Pumpungan. Mbah Bau Pumpungan adalah guru spiritual Mbah Suro, Mbah Mendung, Mbah Sayid, dan Bung Karno,” rincinya lagi.
Cerita tentang foto Mbah Suro ini ternyata ‘nyambung’ dengan cerita tutur keluarga ayah angkat Bung Karno, RM. Soerati Soemosewojo atau Den Mas Mendung dari Ndalem Pojok Wates Kediri.
“Berdasarkan cerita tutur keluarga kami, yang memegang bayi Koesno (nama kecil Soekarno) saat lahir adalah Kek Suro,” kata Pengurus Situs Persada Soekarno Wates Kediri, Kushartono.
Untuk diketahui, Situs Persada Soekarno Wates Kediri atau yang dikenal dengan NDalem Pojok Wates Kediri adalah keluarga ayah angkat Bung Karno yakni, RM. Soerati Soemosewojo atau Den Mas Mendung.
Den Mas Mendung juga diketahui pernah tinggal di Kabuh Jombang, tepatnya di Dum Pring Kabuh Jombang.
“Dan Kek Suro pernah menjadi penasehat spiritual Presiden Soekarno semasa berkantor di Istana Yogjakarta pada tahun 1946 sampai 1949. Makam Kek Suro ada di Yogyakarta, satu kompleks dengan makam H.O.S Cokroaminoto,” terang Kushartono.
Sementara itu, Sejarawan nasional dan penulis buku-buku Bung Karno, Roso Daras mengulas narasi tentang seorang sosok tua, saksi kelahiran Sang Proklamator, Ir. Soekarno atau Bung Karno. Sosok tua itu ditulis di buku Otobiografi Bung Karno berjudul Penyambung Lidah Rakjat yang ditulis oleh penulis Amerika, Cindy Adams yang terbit tahun 1966 dengan ejaan lama.
Di dalam buku tersebut dituliskan, ‘bapak tidak mampu memanggil dukun untuk menolong anak jang akan lahir. Keadaan kami terlalu ketiadaan. Satu-satunja orang jang menghadapi ibu ialah seorang kawan dari keluarga kami, seorang kakek jang sudah terlalu amat tua. Dialah, dan tidak ada orang lain selain dari orang tua itu, jang menjambutku menginjdak dunia ini’
“Saya kira sosok ini penting menjadi salah satu petunjuk untuk mencari kepastian kapan dan di mana sebenarnya Bung Karno dilahirkan,” kata Roso Daras.
“Dan saya mendengar tahun lalu, teman-teman pegiat sejarah di Jombang telah menemukan fotonya,” pungkas Roso Daras.(rif.hel).


