Kota Malang, Bhirawa
Teknologi dry freeze pada polen bee sebagai inovasi makanan yang kaya nutrisi bagi balita. Teknologi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya menuntaskan masalah stunting yang mempengaruhi perkembangan anak di Indonesia.
Tehnologi tersebut dikenalkan oleh Dosen Universitas Negeri Malang (UM) Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes. Menurutnya penerapan teknik dry freeze, menunjukan potensi penggunaan bahan alami yang sering diabaikan dalam perang melawan kekurangan gizi.
“Ini cara yang bagus cegah stunting,”kata Agung, Kamis (4/7) kemarin. Lebih lanjut disampaikan, mengungkapkan, Polen bee yang selama ini lebih dikenal sebagai makanan tambahan bagi pecinta kesehatan, ternyata memiliki kandungan nutrisi yang kaya, yang dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi penting bagi anak-anak yang mengalami stunting.
Setelah dilakukan penelitian dan uji coba di laboratorium UM dan telah memperoleh kelayakan.
“Maka kami mengimplementasikan inovasi ini kepada khalayak umum agar semakin banyak yang mendapatkan manfaat dari pengolahan dried food polen bee,” tandas Agung.
Pelatihan dan demonstrasi produknya telah dilakukan di Kampung Madu Desa Bringin Kabupaten Kediri pada Rabu (3/7) kemarin.
Pihaknya tidak hanya memikat peserta secara visual tetapi juga memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana teknologi ini dapat mengoptimalkan kualitas produk pangan.
“Setiap sesi dihadiri dengan penuh antusiasme, peserta mengeksplorasi setiap aspek teknologi ini, dari pemilihan bahan hingga pengemasan akhir,” ujarnya.
Ia menambahkan, program ini tidak hanya berfokus pada teknologi dan nutrisi. Aspek keterlibatan masyarakat menjadi pusat kegiatan.
“Pelatihan ini, peserta diajarkan cara untuk mengimplementasikan pengetahuan ini dalam skala yang lebih luas tentang bagaimana menjadikan ini sebagai usaha yang berkelanjutan, yang tidak hanya memberikan solusi gizi tapi juga meningkatkan perekonomian lokal,” ungkap dia.
Pada akhir sesi, para peserta dibawa melalui proses refleksi di mana mereka didorong untuk berbagi pengalaman dan wawasan yang telah mereka peroleh.
Banyak dari mereka berbicara tentang perubahan yang akan mereka lakukan dalam praktik sehari-hari mereka dan bagaimana mereka akan mengimplementasikan serta membagikan ilmu ini dengan keluarga, tetangga, dan rekan kerja.
“Walaupun masih baru dan dalam tahap awal, inisiatif telah menunjukkan tanda-tanda positif yang menggembirakan. Dari peningkatan pengetahuan nutrisi hingga implementasi teknologi pangan yang inovatif, dampaknya terhadap komunitas lokal sudah mulai terlihat. Ini adalah testimoni tentang bagaimana pendekatan holistik dan integratif terhadap masalah sosial seperti stunting dapat membawa perubahan yang signifikan dan berkelanjutan,” pungkas Agung. [mut.dre]