33 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Tari Sodoroan Warnai Hari Raya Karo 1947 Saka di Bromo


Kab Probolinggo, Bhirawa
Ribuan warga Suku Tengger dari Desa Jetak, Ngadisari, dan Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, menggelar perayaan Hari Raya Karo 1947 Saka, Sabtu (9/8). Tradisi adat tahunan yang sarat filosofi ini dimaknai sebagai peringatan lahirnya peradaban manusia dan kehidupan berpasangan.

Acara turut dihadiri Bupati Probolinggo, Gus dr. Mohammad Haris, bersama jajaran pejabat Pemkab, di antaranya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dwijoko Nurjayadi, serta Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata. Kehadiran mereka menjadi bukti dukungan pemerintah terhadap pelestarian budaya lokal.

Bupati Haris menegaskan komitmennya mengembangkan pariwisata berbasis budaya di kawasan Bromo dengan mengedepankan kearifan lokal. Menurutnya, pengelolaan wisata yang berpihak pada masyarakat akan memperkuat identitas daerah dan memberikan manfaat ekonomi langsung.

“Bromo adalah salah satu keajaiban dunia yang menjadi magnet wisatawan mancanegara. Tradisi, legenda, dan kisah rakyat seperti Roro Anteng dan Joko Seger harus dirawat agar tidak hilang ditelan zaman,” tegasnya.

Dalam prosesinya, Desa Jetak berperan sebagai kemanten putri sekaligus tuan rumah, Desa Ngadisari sebagai kemanten putra, sedangkan Desa Wonotoro bertindak sebagai saksi upacara. Puncak perayaan diwarnai Tari Sodoran, tarian sakral yang dimainkan dua penari pria dengan tongkat bambu, melambangkan tekad kaum pria menjaga keharmonisan hubungan manusia, khususnya antara laki-laki dan perempuan.

Selanjutnya, warga beriringan membawa jimat klontongan berisi peralatan dapur non logam dan bambu sodoran sebagai simbol mas kawin. Uniknya, perempuan dilarang mengikuti ritual hingga tepat pukul 12.00 WIB. Setelah itu, mereka diperbolehkan masuk sambil membawa rantang berisi makanan untuk suami atau ayah yang terlibat dalam upacara. Makanan tersebut kemudian didoakan dan disantap bersama.

Berita Terkait :  Pemkot Malang Pastikan Pendampingan Santri Korban Musibah Ponpes Al Khoziny

Kepala Desa Jetak, Ngantoro, menjelaskan Tari Sodoran memiliki 25 tahapan prosesi yang disertai sesaji. Seluruhnya merepresentasikan perjalanan hidup manusia sejak kelahiran, pernikahan, hingga menjadi orang tua. “Tradisi ini harus dilestarikan agar generasi muda memahami akar budaya mereka,” ujarnya.

Bupati Haris menambahkan, pihaknya berencana memasukkan tradisi Karo, Sodoran, Kasada, dan unan-unan dalam kalender resmi pariwisata daerah. “Kami ingin wisatawan tidak hanya melihat pemandangan, tetapi juga merasakan kearifan lokal masyarakat Tengger. Dengan begitu, mereka mendapatkan pengalaman yang lebih berkesan dan autentik,” pungkasnya. [fir.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru