Media Briefing Triwulan III 2024 bertajuk Penguatan Sinergi untuk Menjaga Stabilitas dan Momentum Peningkatan Kinerja Ekonomi Jatim di Surabaya, Kamis (22/8).
Surabaya, Bhirawa.
Menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan gejolak geopolitik yang kian meningkat, membuat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Surabaya berkomitmen memperkuat sinergi dan koordinasi dalam merespons kebijakan yang terkoordinasi serta meningkatkan kewaspadaan dalam memitigasi risiko terhadap perekonomian dan stabilitas sistem keuangan domestik.
Dalam kegiatan Media Briefing Triwulan III 2024 bertajuk Penguatan Sinergi untuk Menjaga Stabilitas dan Momentum Peningkatan Kinerja Ekonomi Jatim di Surabaya, Kamis (22/8) yang diadakan para pemangku kepentingan ekonomi seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), mereka memaparkan kinerja masing-masing instansi untuk memperkuat komitmen dalam menjaga kestabilan ekonomi di Jawa Timur.
Direktur Pengawasan Prilaku PUJK Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur, Dedy Patria menegaskan stabilitas perbankan di Jawa Timur kini berada dalam kondisi yang sangat kuat. Salah satu indikasinya, dana pihak ketiga di Jatim cukup menggembirakan. Per Juni 2024 mencapai 7,81 persen. Sedangkan pertumbuhan kredit sebesar 5,3 persen.
“Dari sisi permodalan, sektor perbankan juga masih kuat dengan rasio kecukupan modal di angka 29,95 persen. Hal ini menunjukkan kondisi yang masih terkendali,” ungkapnya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Jatim tumbuh positif melebihi daerah lain. Jatim kembali menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang signifikan dalam berbagai sektor ekonomi.
Mulai dari sektor perbankan hingga pasar modal, wilayah ini terus melaju dengan stabilitas yang semakin kuat setelah menghadapi tantangan berat selama pandemi Covid-19.
Namun, Non-Performing Loan (NPL) di Jawa Timur berhasil dikendalikan pada level 3,24 persen. Hal ini menandakan kualitas kredit yang baik. Dedy juga menyoroti rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang membaik, dari 14 persen pada Juni 2023 menjadi 10,57 persen pada tahun ini.
Bahkan pencapaian ini menandakan adanya penurunan risiko kredit serta peningkatan efisiensi penggunaan dana. Likuiditas perbankan juga memadai, dengan Alat Likuid Bersih terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/NCD) berada di angka 93,27 persen, jauh melampaui batas minimal 50 persen.
Sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 5,30 persen secara keseluruhan. Sektor transportasi, pergudangan, serta informasi dan komunikasi menunjukkan pertumbuhan tertinggi, yakni mencapai 15,79 persen.
Hal ini mencerminkan kebangkitan sektor-sektor ini pasca pandemi. “Kami optimistis bahwa tren positif ini akan terus berlanjut pada kuartal selanjutnya pada tahun ini,” ujarnya.
Dedy meyakinkan bahwa perkembangan di sektor perbankan, UMKM, dan pasar modal Jawa Timur menjadi bukti nyata keberhasilan kebijakan pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi. Dengan stabilitas yang kuat di berbagai sektor, provinsi ini siap melaju menjadi pemain utama dalam perekonomian nasional.
“Jawa Timur akan terus tumbuh sebagai salah satu pusat ekonomi paling dinamis di Indonesia,” tegas Dedy.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan LPS II Surabaya, Bambang S. Hidayat mengatakan hingga akhir Juni 2024, LPS berhasil menjamin 99,94 persen dari total rekening nasabah bank umum di Indonesia.
“LPS juga terus melakukan evaluasi terhadap dinamika suku bunga simpanan dan kinerja perbankan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan,” jelasnya.
Dari sisi penjaminan simpanan perbankan jelas Bambang, jumlah rekening nasabah secara nasional yang dijamin seluruh simpanannya oleh LPS hingga akhir Juli 2024 mencapai 99,94% dari total rekening atau setara 586.594.941 rekening untuk nasabah Bank Umum dan sebesar 99,98% dari total rekening atau setara 15.719.657 rekening untuk nasabah BPR/BPRS.
LPS secara berkala terus melakukan asesmen dan evaluasi terhadap dinamika suku bunga simpanan, kinerja perbankan, ekonomi dan SSK dalam kaitannya dengan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) sehingga dapat tetap akomodatif dalam mendukung pemulihan ekonomi dan intermediasi perbankan.
Pada periode penetapan reguler Mei 2024, Rapat Dewan Komisioner (RDK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menetapkan untuk mempertahankan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) yaitu 4,25% untuk simpanan Rupiah di Bank Umum dan 6,75% untuk simpanan Rupiah di BPR; serta 2,25% untuk simpanan valuta asing (valas) di Bank Umum.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Erwin Gunawan Hutapea menuturkan BI telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di angka 6,25 persen.
“Bank Indonesia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 akan berada di kisaran 4,7-5,5 persen sejalan dengan proyeksi sebelumnya,” ujar Erwin.
Bank Indonesia Jawa Timur mencatat transaksi nontunai di wilayah setempat tumbuh positif. Dan transaksi nontunai di Jatim tumbuh sebesar 4,78% dengan nominal Rp377 triliun. Sedangkan QRIS per Juni 2024 sudah digunakan 3,75 juta merchant atau tumbuh 24% (yoy).
“Dominasi merchant QRIS Jatim yang diisi sektor usaha mikro lebih kurang 63%,” tuturnya.
Adapun pengguna QRIS di Jatim sampai dengan Juni berjumlah 7,27 juta jiwa tumbuh 39,54%. Dalam perkembangan lain, Bank Indonesia (BI) melaporkan transaksi melalui kartu ATM/debit melanjutkan penurunan saat alat pembayaran lain seperti kartu kredit dan QRIS tumbuh. [riq hel).]