30 C
Sidoarjo
Wednesday, December 17, 2025
spot_img

Sharing Session Kelas Creative Writing Prodi Ilkom Untag Hadirkan Cerpenis Eko Darmoko


Surabaya, Bhirawa
Kelas Mata Kuliah Creative Writing Prodi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Jumat (14/11) berbeda dari biasanya. Kalau sebelumnya, kelas perkuliahan selalu diisi materi dari dosen pengampu mata kuliah Wahyu Kuncoro,ST.,M.Med.Kom, maka kali ini perkuliahan menghadiran pemateri dari luar yakni seorang cerpenis Eko Darmoko.

“Materi perkuliahan hari ini kebetulan tentang penulisan cerita pendek (cerpen) dan novel, kami undang penulis cerpenis mas Eko Darmoko,” jelas Wahyu Kuncoro memberi pengantar sebelumm sharing session dimulai.

Menurut Wahyu, semangat menghadirkan cerpenis dalam perkuliahan untuk memberi perspektif baru bagi mahasiswa dalam menuliskan cerpen.

“Jadi kelas ini nanti selain memberi bekal teori menulis cerpen dan novel juga memberi pemahaman dari sudut pandang penulis cerpen bagaimana menulis cerpen dan novel yang baik,” jelas Wahyu Kuncoro. Lebih lanjut menurut Wahyu, kegiatan sharing session nanti diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa untuk menulis cerpen yang baik.

“Kami punya keinginan luaran dari mata kuliah Creative Writing ini Adalah Kumpulan cerpen dari karya mahasiwa,” jelas Wahyu. Namun demikian, Wahyu menambahkan bahwa target tersebut tentu mempertimbangkan kualitas penulisan mahasiswa.

Dikonfirmasi seusai memberikan sharing session, Eko Darmoko mengaku senang bisa berdiskusi dengan mahasiswa.

“Ternyata masih banyak teman-teman mahasiswa yang membaca cerpen,” jelas Eko. Kondisi tentu menjadi angin segar bagi dunia cerpen, karena itu artinya pasar pembaca cerpen masih ada. Dan lebih menyenangkan lagi, ternyata dunia kampus juga ikut mendorong dan memfasilitasi mahasiswanya belajar menulis cerpen.

Berita Terkait :  Dari Balai Desa ke Ruang Keluarga: Tekad Ibu PKK Desa Tulung-Gresik Bangun Generasi Sehat dan Berkarakter

“Terima kasih Kampus Untag Surabaya ikut menjaga dan menumbuhkan minat menulis cerpen di kalangan mahasiswa,” tutur Eko Darmoko.

Sebagai catatan, Eko Darmoko adalah penulis kelahiran Surabaya, Jawa Timur. Ia merupakan salah satu dari 10 Penulis Emerging Indonesia dalam Ubud Writers and Readers Festival tahun 2022. Ia juga adalah 10 besar pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2021 melalui karyanya yang berjudul Revolusi Nuklir (2021). Selain itu, ia juga menjadi salah satu cerpenis terbaik dalam sayembara menulis cerpen Dewan Kesenian Surabaya tahun 2019. Sebagai prosais, ia telah banyak menerbitkan cerita pendek di berbagai media seperti Harian Kompas, Koran Tempo, Jawa Pos, dan lain-lain.

Eko adalah alumnus program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga (UNAIR). Ia lulus pada tahun 2009. Pada saat kuliah, ia pernah menjadi ketua unit kegiatan mahasiswa (UKM) Teater di Universitas Airlangga (UNAIR).

Saat ini, Eko bekerja sebagai seorang wartawan dan penulis karya sastra. Selama menjadi wartawan, ia pernah mendapatkan tugas untuk meliput di kapal induk Amerika yang bersandar di Tanjung Perak untuk latihan bersama TNI AL. Selama bertugas, Eko turut ikut tinggal di kapal yang berlayar menuju bagian selatan pulau Sulawesi. Tidak hanya itu, Eko juga pernah dikirim ke Pulau Kyushu, Jepang untuk meliput agenda Pemerintah Kota Surabaya yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Kitakyushu Prefektur Fukuoka dalam hal pengelolaan limbah dan sampah.

Berita Terkait :  Dindik Kabupaten Malang Terus Tingkatkan APM Pendidikan Dasar

Sebagai penulis karya sastra, Eko telah melahirkan beberapa karya baik itu cerita pendek (cerpen) maupun novel. Pada tahun 2015, Eko telah menerbitkan kumpulan cerpen berjudul Ladang Pembantaian yang diterbitkan oleh Pagan Press. Kemudian, pada tahun 2021, ia kembali menerbitkan kumpulan cerpen berjudul Revolusi Nuklir yang diterbitkan oleh BasaBasi. Lalu, pada tahun 2022, ia menerbitkan novel berjudul Anak Gunung yang diterbitkan oleh Pelangi Sastra.[3]Sebagai seorang wartawan dan sastrawan, Eko memiliki beberapa tokoh yang menginspirasinya untuk terus melahirkan karta tulis. Mereka adalah Pramoedya Ananta Toer dan Ernest Hemingway. [why]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru