Senator terpilih Lia Istifhama memberikan apresiasi kepada KKN kelompok 63 mahasiswa UINSA yang telah mengubah limbah plastik jadi ecobrik.
Pasuruan, Bhirawa
Ada yang menarik dari mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) kelompok 63 Universitas Islam Negeri Sunan Ampe (UINSA) Surabaya di Jarangan, Pasuruan yang telah merampungkan kegiatannya pada 24 Juli 2024 lalu.
Bukan hanya multi kegiatan, kelompok KKN 63 juga berhasil kolaboratif multi pihak. Bukan hanya dengan pemerintah desa (pemdes) setempat, dampingan Dr Syaifudin Zuhri MSi selaku DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) tersebut juga berhasil menggaet berbagai pihak.
Yakni anggota DPD RI terpilih Lia Istifhama, Cabang Dinas Kehutanan wilayah Lumajang, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pasuruan, Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, juga pihak swasta PT Tirta Investama Aqua, Cheil Jedang Indonesia, dan Yayasan Lentera Indonesia Aksi.
Out of the box, kelompok KKN yang diketuai Fahmi Smith itu memiliki seabrek kegiatan. Diantaranya adalah penanaman mangrove, membantu pendataan UMKM pada aplikasi APIK milik Pemkab Pasuruan, program DRPPA, Pasar Gratis, tapi juga Ecobrik. Nah, apa itu Ecobrik?
Usut punya usut, ecobrick adalah salah satu contoh kreasi kerajinan yang terbuat dari limbah atau sampah plastik yang revolusioner dimana manfaatrnya sangat besar bagi berhidupan manusia. Ecobrick menjadi salah satu solusi di tengah kebuntuan pengelolaan limbah plastik.
Produk ini adalah langkah inovasi revolusioner yang dirancang untuk mengelola salah satu limbah yang sulit di urai yaitu limbah plastik.
Dari sumber kata yang membentuk nama “ecobrick”, penamaan produk ini merupakan gabungan dari kata “eco” dan “brick,” ecobrick atau ekobrik dapat didefinisikan sebagai bata yang ramah lingkungan.
Cara membuat ecobrik sangat mudah dan singkat. Cukup siapkan botol plastik 600 ml atau 1500 ml (untuk wadah), sampah plastik (apapun yang berukuran kecil seperti bungkus plastik permen, deterjen, atau plastik yang bisa di potong), dan sendok atau tongkat kecil.
Setelah bahan lengkap, maka pilah dan bersihkan sampah plastik yang berasal dari berbagai jenis. Cucilah sampah plastik tersebut dengan sabun dan jemur hingga kering. Sediakan botol bekas air mineral yang telah di sediakan sebagai bahan dasar “bata” dalam pembuatan ekobrik. Pastikan bagian dalam botol kering sebelum diisi dengan sampah plastik.
Setelah itu, persiapkan tongkat yang panjangnya dua kali lipat panjang botol air mineral untuk memasukkan sampah plastik ke dalam botol. Masukkan sampah plastik ke dalam botol bekas air mineral secara acak. Isi botol dengan sampah plastik hingga penuh. Caranya dengan memadatkan atau mendorong semua sampah plastik agar tidak ada rongga udara yang tersisa di dalam botol.
Kemudian, timbang setiap ecobrick untuk memastikan beratnya mencapai standar, yaitu 200 gram per botol air mineral berukuran 600 ml. Simpan ecobrick yang sudah jadi di tempat yang teduh untuk menghindari paparan sinar matahari langsung.
Langkah terakhir, susun ecobrick yang sudah selesai dibuat untuk digunakan dalam pembuatan dinding non-permanen, replika benda, pagar mini, dan lainnya.
Memilih ecobrik sebagai salah satu andalan, ternyata bukan pilihan salah. Terbukti, Fahmi yang merupakan ketua kelompok, menerangkan upaya koperatif warga setempat.
“Alhamdulillah, warga bersemangat dengan ecobrik yang kami lakukan saat ber KKN saat itu. Bahkan mereka tidak perlu kami jemput bola karena dengan sendirinya mengirimkan botol dan sampah plastik ke kami. Bahkan anak-anak kecil pun turut membuat ekobrik bersama-sama,” terangnya.
Sedangkan senator terpilih Ning Lia, blak-blakan memberikan apresiasinya, turut membantu spirit go green atau pelestarian lingkungan melalui pembuatan ecobrik dari sampah plastik bekas.
“Ini juga kolaborasi yang sangat hebat antara mahasiswa dan masyarakat dalam pengumpulan sampah plastik. Apalagi, hasilnya menjadi spot foto yang sangat instagramable. Saya sendiri menyempatkan foto karena rugi jika tidak foto dengan karya sekeren itu,” terang politisi bertagline peran ‘Cantik’ itu. [iib]