Jombang, Bhirawa
Sejarawan nasional Anhar Gonggong menghadiri seminar kebangsaan ‘Jejak Tokoh Bangsa Di Jombang’ sebagai salah satu narasumber. Seminar ini digelar dalam rangkaian Jombang Fest 2024 di Alun – Alun Jombang, Selasa (15/10).
Seminar ini juga menghadirkan narasumber lainnya yakni, Sejarawan Roso Daras dan Penelusur Sejarah Bung Karno di Jombang, Binhad Nurrohmat. Penelitian yang dilakukan Binhad menyebutkan, Presiden Pertama RI, Ir Sukarno atau Bung Karno lahir di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang.
Mayoritas peserta seminar para guru sejarah. Tentu saja, penelitian itu memantik pro dan kontra. Karena selama ini narasi yang ada, Bung Karno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901.
Binhad Nurrohmat kemudian menyuguhkan sejumlah data bahwa Bung Karno lahir di sebuah rumah di gang buntu Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Dia juga juga mengajak sejumlah narasumber yang selama ini memberikan testimoni.
“Dari penelitian yang saya lakukan menyimpulkan bahwa Bung Karno lahir di Ploso Jombang pada 6 Juni 1902,” kata Binhad Nurrohmat.
Binhad juga menyampaikan sejumlah dokumen. Seperti beselit atau SK (Surat Keputusan) penugasan ayahanda Bung Karno, Raden Soekeni Sosrodihardjo, sebagai mantri guru di Ploso. Lalu dokumen dari ITB (Institut Teknologi Bandung) atau masa itu disebut THS yang menyebutkan Soekarno lahir pada 6 Juni 1902.
Binhad juga membeber foto-foto lawas yang terkait dengan sejarah Sukarno. Di antaranya foto rumah tempat Bung Karno dilahirkan di Ploso. Rumah itulah yang ditempati oleh Soekeni Sosrodihardjo saat menjadi mantri guru di Ploso. Rumah tersebut kini tinggal fondasi dan sumur serta kamar mandi. Juga disuguhkan foto sekolah tempat Raden Soekeni Sosrodihardjo mengajar. Kemudian foto sekolah tempat Soekarno menimba ilmu.
Binhad menceritakan semua itu bermula dari informasi keluarga Situs nDalem Pojok Wates Kediri, R Kuswartono. Kuswartono mendapatkan cerita dari buyutnya bahwa Sukarno lahir di Ploso Jombang. Dia juga masih hafal siapa saja orang yang berjasa dalam kelahiran Soekarno. Siapa saja pengasuh Sukarno seaktu kecil, serta dimana Sukarno pertama kali belajar mengaji.
Orang – orang itu di antaranya, Den Mas Mendung, orang yang mengobati Soekarno kecil saat sakit-sakitan. Bahkan Den Mas Mendung ini pula yang mengubah nama Kusno menjadi Soekarno. Den Mas Mendung pernah tinggal di Kabuh Jombang.
Lalu ada nama Sumo Jani, orang yang menanam ari-ari Soekarno. Sumo Jani inilah yang menjadi saksi kelahiran Sukarno di Jombang. Kemudian ada nama Mbok Suwi, pengasuh Soekarno kecil.
“Saya juga sudah menemukan kuburan Mbok Suwi, Sumo Jani, serta orang-orang lainnya. Bahkan saya sudah bertemu dengan anak cucu mereka untuk mendapatkan informasi tentang kelahiran dan masa kecil Bung Karno,” bebernya.
Binhad menyimpulkan bahwa Bung Karno lahir di Ploso Jombang. Sementara Sejarawan Anhar Gonggong memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan oleh Binhad Nurrohmat. Anhar Gonggong mengatakan, penelitian yang dilakukan Binhad sangat menarik, karena menggunakan sumber utama dan sumber sekunder. Sumber utama itu diantaranya dokumen – dokumen sejarah. Kemudian Binhad juga menggunakan sejarah lisan.
“Sejauh mana sumber itu bisa dipercaya, nanti ada pembanding-pembanding yang lain,” tutur Anhar Gonggong.
Anhar Gonggong menegaskan, penelitian yang dilakukan Binhad sangat penting. Karena selama ini orang terfokus bahwa Bung Karno lahir di Surabaya. Padahal Bung Karno sendiri tidak pernah mengatakan kapan dan di mana dirinya lahirkan.
Sementara, Sejarawan Roso Daras mengatakan bahwa dirinya sudah berkeliling Indonesia mengunjungi situs Bung Karno seperti di Ende dan Bengkulu. Tempat – tempat itu, kata Roso Daras, sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Roso juga sudah mendatangi situs Bung Karno di Ploso Jombang beberapa waktu yang lalu. Bahkan Roso sempat meminum air sumur di rumah kelahiran Bung Karno itu secara langsung.
Roso Daras juga mendesak agar situs Bung Karno di Ploso Jombang segera ditetapkan sebagai cagar budaya. ”Saya minum air sumur rumah Bung Karno di Ploso Jombang. Saya merasakan getaran yang luar biasa. Saat ini situs – situs Bung Karno sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Nah, hanya di Ploso Jombang yang belum ditetapkan,” imbuh dia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Anhar Gonggong. Untuk menetapkan cagar budaya di Ploso, menurutnya, tidak perlu menunggu pemerintah pusat.
“Tidak harus menunggu pemerintah pusat. Tapi penetapan bisa dilakukan oleh pemerintah daerah. Sepanjang pemerintah daerah percaya dengan hasil penelitian itu,” ujar Anhar Gonggong.
Seminar itu, kemudian menghasilkan delapan butir rekomendasi. Pertama, meminta Pemkab Jombang menetapkan situs kelahiran Soekarno di Desa Rejoagung Kecamatan Ploso. Kedua, pembebasan lahan situs kelahiran Soekarno dan kawasan situs Soekarno di Ploso. Ketiga, memasukkan literasi sejarah Soekarno, situs kelahiran Soekarno dan Kawasan situs Soekarno sebagai salah satu materi muatan lokal materi pendidikan sejarah di Jombang.
Keempat, melakukan rekonstruksi bangunan rumah Bung Karno di situs kelahiran sang proklamator. Kelima, penyelenggaraan kirab titik nol Soekarno di Ploso sebagai agenda rutin tahunan. Keenam, mengembangkan lorong tokoh bangsa di perpustakaan daerah, atau di lokasi-lokasi strategis lainnya di Jombang, khususnya Soekarno dan Gus Dur, yang berisi salinan dokumen otentik jejak dua tokoh. Ketujuh, mengusulkan Gus Dur sebagai pahlawan nasional. Dan kedelapan penyempurnaan frasa kemerdekaan Republik Indonesia menjadi kemerdekaan Bangsa Indonesia. [rif.fen]