Kota Batu,Bhirawa
Komunitas Sapu Bersih Sampah Nyemplung Kali (Sabers Pungli) Kota Batu mempertanyakan pemberitaan di media yang menyatakan bahwa kualitas air di Arboretum.
Menurut mereka, Arboretum sebagai hulu sungai atau titik nol Sungai Brantas telah tercemar logam berat. Sabers Pungli mempertanyakan kebenaran data itu karena mereka tetap yakin bahwa Arboretum masih bersih dari limbah dan emisi.
Aktivis Sabers Pungli Kota Batu, Doody Eko Wahyudi berharap ada keterangan lebih detail yang bisa menjelaskan dimulai di titik mana yang menyatakan hulu Sungai Brantas sudah tercemar logam berat.
“Karena hulu Sungai Brantas yang ada di Kota Batu memiliki sebanyak 273 sumber air sebagai penyuplai air. Baru yang di paling ujung ada Arboretum,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (7/8).
Jika ada pernyataan bahwa hulu Sungai Brantas terindikasi tercemar, tentu tidak bisa mengklaim bahwa Arboretum juga ikut tercemar. Dan Sabers Pungli memiliki data bahwa ada sebanyak 273 sumber air di Kota Batu ini yang masih aktif (mengeluarkan air). Data ini didapat saat Sabers Pungli melakukan Susur Hulu Sungai Brantas.
Dari hasil susur sungai, dari 273 sumber air di Kota Batu ini tidak semuanya berada di ruang terbuka milik publik. Maksudnya, tak sedikit sumber air yang berada di lahan milik warga. “Bahkan ada juga sumber mata air yang berada di pekarangan rumah warga,” tambah Bayu Sakti, aktivis Sabers Pungli yang lain.
Dengan fakta yang ada ini, Sabers Pungli mempertanyakan adanya pemberitaam yang mengklaim bahwa Arboretum sebagai titik nol Sungai Brantas telah tercemar logam berat. “Karena itu kita mendorong kepada Profesor Barlah Rumhayati sebagai narasumber dalam pemberitaan tersebut untuk memberikan keterangan lebih detail terkait hasil penelitiannya,” ajak Doddy. Hal ini untuk menghilangkan kepanikan warga yang khawatir dengan pemberitaan tersebut.
Diketahui, dalam pemberitaan di sebuah media massa yang menyatakan bahwa di Arboretum, Kota Batu, Jawa Timur, sudah tercemar logam berat. Media tersebut menyampaikan hasil penelitian dari akademisi Universitas Brawijaya (UB), Prof Barlah Rumhayati.
Dikutip dari media tersebut menyatakan bahwa kualitas air di sungai tersebut, meskipun terlihat jernih, tidak disarankan untuk meminumnya secara langsung.
“Di Arboretum itu, logam beratnya saja sudah ada, artinya konsentrasinya itu sudah di atas level yang disyaratkan oleh pemerintah,” kata Barlah di media tersebut.
Dipaparkan juga olehnya bahwa logam berat jenis timbal ini berasal dari polusi udara seperti kendaraan bermotor. Karena Arboretum sekarang sudah menjadi tempat wisata.Ketika ada yang menyalakan kendaraan bermotor, terjadi pembakaran yang menghasilkan emisi. Namun emisi jenis timbal ini ketika dilepas ke udara akan jatuh ke air.
Dipaparkan juga bahwa di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas juga ditemukan kandungan pencemaran dari aktivitas manusia seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan rumah tangga. Dan penggunaan pupuk yang berlebihan seperti insektisida dan penggunaan detergen oleh masyarakat juga mencemari aliran DAS di tingkat hulu sungai.
Inilah yang khawatirkan Sabers Pungli bahwa sampel air yang diteliti adalah yang ada aktivitas masyarakat yang ternyata ada di bawah kawasan Arboretum.
“Jika memang benar demikian, tentunya Arboretum tidak ikut tercemar logam berat,” tandas Doddy. [nas.kt]


