Tahapan pengundian nomor urut pasangan calon (paslon) yang digelar di Hotel Mercure, Surabaya, Senin (23/9).
Surabaya, Bhirawa.
Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur semakin memanas, dengan tahapan pengundian nomor urut pasangan calon (paslon) yang digelar di Hotel Mercure, Surabaya, Senin (23/9).
Paslon Tri Rismaharini dan KH Zahrul Azhar Asumta, yang dikenal dengan sebutan Risma-Gus Hans, menarik perhatian publik dengan kedisiplinan mereka menghadiri Sidang Pleno Terbuka lebih awal.
Risma, mantan Wali Kota Surabaya yang dikenal dengan gaya kepemimpinan tegas dan disiplin, hadir mengenakan batik merah bercorak dengan kerudung merah yang mencolok.
Sementara itu, Gus Hans tampil elegan dengan batik berwarna hijau. Mereka tiba di lokasi sebelum pukul 12.00 WIB, sesuai jadwal yang ditetapkan oleh KPU Jatim.
Kehadiran lebih awal pasangan Risma-Gus Hans mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Ketua Bappilu DPD PDIP Jatim, Deni Wicaksono.
“Kebiasaan Bu Risma yang selalu on time sejak menjabat Wali Kota hingga Menteri Sosial sangat konsisten. Ini contoh bagus, mengawali Jawa Timur yang lebih disiplin,” ujar Deni.
Di tengah acara, paslon dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim, tiba dan sempat berbincang santai dengan Risma dan Gus Hans, menciptakan suasana hangat dan penuh canda di tengah tensi politik yang memanas.
Namun, sorotan lain justru jatuh pada paslon inkumben Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, yang tiba paling akhir di acara tersebut.
Khofifah-Emil datang lebih dari pukul 13.00 WIB, membuat beberapa pihak menilai keterlambatan tersebut sebagai kontras mencolok dengan kedisiplinan yang ditunjukkan Risma-Gus Hans.
Acara pengundian nomor urut ini menjadi salah satu penanda penting dalam Pilgub Jatim 2024. Para kandidat tidak hanya bersaing memperebutkan kursi nomor satu di provinsi ini, namun juga berlomba menunjukkan komitmen dan keseriusan mereka dalam memimpin.
Bagi paslon Risma-Gus Hans, ketepatan waktu adalah langkah awal dalam menghadirkan perubahan nyata di Jawa Timur.
“Ini untuk mengawali dan merubah kebiasaan molor dan tidak on time yang seringkali terjadi di beberapa kegiatan yang lain. Resik-resik Jawa timur dimulai dengan on time,” pungkas Deni. (geh.hel).