Surabaya, Bhirawa
Tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, menjadi peringatan keras bagi lembaga pendidikan berbasis pesantren di Jawa Timur. Tak terkecuali bagi pesantren yang berasa dibawah nauangan persarikatan Muhammadiyah.
Sebagai salah satu langkah inisiatif, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Prof. Dr. dr. Sukadiono, M.M. menyebut akan melakukan pendataan sekaligus pengkajian terhadap jumlah dan kelayakan bangunan pendidikan maupun pesantren Muhammadiyah di Jawa Timur.
Langkah inisiatif ini dimulai dengan inventarisasi berapa jumlah pondok dan sekolah Muhammadiyah. “Selanjutnya, akan ada investigasi terkait kelayakan bangunan, apakah sudah sesuai standar dan layak untuk dihuni,” jelas Sukadiono, Sabtu (4/10).
PWM Jatim akan melibatkan perguruan tinggi Muhammadiyah yang memiliki program studi Arsitektur dan Teknik Sipil sebagai tim ahli. Mereka akan bekerja sama dengan majelis serta lembaga terkait, termasuk Majelis Dikdasmen dan Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah.
“Bangunan pendidikan harus memperhitungkan banyak aspek, apalagi Jawa Timur termasuk daerah rawan gempa. Karena itu, perlu perhitungan matang dari para ahli, mulai dari kekuatan fondasi hingga struktur bangunannya,” tambahnya.
PWM Jatim mencatat ada delapan perguruan tinggi Muhammadiyah di wilayah ini yang memiliki prodi Arsitektur dan Teknik Sipil. Dosen-dosen dari kampus tersebut akan dikerahkan untuk melakukan verifikasi sekaligus memberikan rekomendasi perbaikan bangunan. “Langkah ini penting agar musibah seperti yang dialami Pondok Pesantren Al-Khoziny tidak terulang kembali,” tegas Sukadiono.
Dalam kesempatan ini, Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya ini juga menyampaikan belasungkawan dan keprihatinannya atas tragedi yang menimpa keluarga besar Ponpes Al Khoziny. Pihaknya juga mendoakan agar para wali santri dan pengelola Ponpes diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan ini. [ina.wwn]


