Ali Salim
Di awal tahun 1980 an kita seperti disajikan sebuah perang yang tak berprikemanusiaan. Media yang satu bunuh media lain. Bunuh pelan-pelan . Ada media yang langsung angkat tangan, tapi ada juga yang memilih mati pelan – pelan. Ada media yang menyerahkan dirinya bulat – bulat kepada media yang kuat , terserah mau kau apakan.
Perang berlangsung di berbagai fromt. Hancur2an di sesama platform atau berbeda. Serangan masif berlangsung, di udara, laut maupun darat. Radio satu dengan radio lain, radio dengan televisi, televisi dengan sesama televisi, televii dengan suratkabar, suratkabar vs media online. Banyak PHK, pensiun dini, atau mencari medan usaha lain.
Benarkah hari ini perang yang melelahkan itu sudah berakhir. Kalau dilihat dari adanya korban, kayaknya memang tak terdengan ada yang tewas atau dicaplok.Bahkan kalau toh ada yang ingin bunuh diri, sudh tak ada lagi kubur buatnya. Ia terpaksa harus tetap hidup! Alam yang damai seakan ingin mengatakan bahwa kau sudah lolos dari bencaana dan selamat menikmati hidup asal kau pandai bersyukur.
Masing- masing media sperti sudah menemukan dunianya dan menjalani takdir dengan sangat pasrah.
Lihatlah kesibukan seorang kakek di pagi. Sambil menikmti bubur panas, dia membolak balik sebuah suratkabar untuk membaca judul – judulnya. Di meja ada handphone yang berfungsi sebagai radio menyiarkan update korban robohnya sebuah musala di pondok pesantren.
Tangannnya menscroll berita- berita di tiktok, pindah ke instagram, twitter, facebook dan grup WA. Ia kadang dipaksa untuk membaca nasehat agama, komentar nyinyir, maki – maki atau puja puji.
Dunia sudah demikian damai untuk media. Bersyukur mereka yang masih bernafas hari ini, karena nampaknya anda akan hidup lama, karena anda sudah kebal terhadap berbagai virus yang mungkin sudah kehilangan racunnya. Harian Bhirawa beruntung berada dala keseimbangan baru ini. Seperti taksi tradisional masih digemari meski sudah begitu banyak ragam taksi online. Seperti layaknya kereta api, kapal laut, pesawat, bus, adalah ragam transportasi yang memenuhi hasrat konsumen yang beragam.
Marilah kita bersyukur, bahwa dunia cukup adil untuk semua orang. Bekerjalah seperti biasa dengan cara yang paling anda kuasai, karena di ujung sana masih banyak yang membutuhkan kerja dan kreasi anda, apapapun bentuknya; Selamat Ultah Harian Bhirawa. Jalan panjang di hadapanmu menghamparkan pesona untuk kau teleusuri. [al.gat]


