Kota Probolinggo, Bhirawa
Pemkot Probolinggo menggelar Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) sekaligus Festival Kelurahan Inklusif 2025 di GOR Ahmad Yani, Minggu (7/12). Kegiatan ini menjadi penutup rangkaian agenda peringatan yang telah berlangsung sejak awal Desember, dengan mengusung tema “Menuju Kota Inklusif”.
Kepala Dinas Sosial P3A Kota Probolinggo, Madihah, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik terhadap hak-hak penyandang disabilitas sekaligus memperkuat implementasi kelurahan inklusif sebagai bagian dari kebijakan pelayanan sosial berbasis wilayah.
“Melalui momentum ini, kami ingin membangun pemahaman bahwa akses terhadap pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan ruang aktualisasi harus setara bagi seluruh warga tanpa terkecuali,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Wali Kota Probolinggo dr. Aminuddin menegaskan bahwa komitmen menuju kota inklusif telah menjadi bagian dari arah kebijakan pemerintah daerah sejak awal masa kepemimpinannya. Ia menyebut, seluruh kelurahan di Kota Probolinggo telah membentuk Kelompok Disabilitas Kelurahan (KDK) sebagai wadah partisipasi sekaligus penguatan pelayanan berbasis komunitas.
Selain itu, pemerintah kota juga mulai mengintegrasikan prinsip aksesibilitas pada sejumlah proyek infrastruktur publik, termasuk pembangunan jalan utama di kawasan Soekarno-Hatta dan Sudirman. Di sektor pendidikan, pendekatan inklusif diperkuat melalui peningkatan kapasitas guru serta dukungan beasiswa bagi peserta didik disabilitas hingga jenjang perguruan tinggi.
“Setiap warga memiliki potensi. Tugas negara adalah memastikan potensi itu memiliki akses untuk tumbuh,” tegasnya.
Menekankan bahwa setiap manusia memiliki potensi besar, sebagaimana kemampuan otak manusia yang dapat membentuk hingga “100 triliun sinaps”, menggambarkan bahwa kemampuan seseorang tidak terbatas, “Kemampuan manusia tidak terbatas. Ada 100 triliun sinapsis dalam otak kita, potensi itu tidak boleh kita sia-siakan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua PPDiS Situbondo, Luluk Ariyantiny, menyoroti pentingnya kolaborasi multipihak dalam mendorong pemenuhan hak penyandang disabilitas. Ia menyebut kerja sama antara organisasi masyarakat, pemerintah daerah, dan mitra internasional seperti Pemerintah Australia telah membuka lebih banyak peluang akses pendidikan, kesehatan, bantuan sosial, hingga advokasi hukum.
Bunda Inklusi Kota Probolinggo dr. Evariani juga menegaskan pentingnya membangun lingkungan yang mendukung rasa percaya diri dan kemandirian bagi penyandang disabilitas, dimulai dari keluarga hingga ruang publik. “Setiap Cahaya Harus Bersinar. Tidak ada manusia yang tercipta sia-sia. Jangan pernah merasa kecil,” ucapnya.
Bunda Eva mengajak seluruh pihak, baik pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, hingga keluarga, untuk terus membangun lingkungan yang saling menghargai, mendorong rasa percaya diri, dan membuka ruang berkembang bagi penyandang disabilitas. “Tidak ada kita tanpa kalian semua. Setiap kemampuan adalah kekuatan yang patut dihargai,” tegasnya. [fir.wwn]


