26 C
Sidoarjo
Sunday, February 2, 2025
spot_img

Paparkan Proses Membatik dan Makna Batik Didepan Mahasiswa UB


Kota Malang, Bhirawa
Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales. (AIESEC), salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Brawijaya (UB), memiliki keperdulian tinggi terhadap keberadaan pengrajin batik. Tiga lembaga kursus dan pelatihan Sabtu (1/2), memberikan pemaparan tentang batik, di Gedung Widyaloka kampus setempat.

Mereka adalah Windyas Club Malang, LKP Ganesha Malang, dan pemilik Batik Story yang terkenal dengan pewarna alami Bu Ifah Pasuruan. Ketiganya mengusung tema materi batik dengan definisi umum maupun khusus tentang kearifan lokal masing-masing daerah. Termasuk tentang proses kreatif para kreatornya masing-masing.

Cicik Winarni Herlambang pemilik Windyas menjelaskan tentang latar belakang batik secara umum maupun perjalanan kreatif dirinya dalam membuat batik. Namun, sebelum masuk ke materinya, Cicik mengapresiasi AIESEC yang turut memperhatikan (concern) terhadap kesenian dan kebudayaan, termasuk tentang batik.

Dia kemudian menyampaikan tentang sejarah batik yang berasal dari dua kosakata bahasa Jawa, amba (menulis) dan titik (titik). Pada proses tradisional seperti batik tulis, dia sebut alat canting digunakan untuk menorehkan ‘malam’ panas pada kain dengan titik-titik yang membentuk motif.

Malam merupakan lilin untuk membatik yang pada dahulu kala berasal dari sarang lebah yang disebut orang Jawa sebagai ‘malam’. Walau kini sudah tidak sepenuhnya menggunakan sarang lebah, lilin untuk membatik tetap disebut malam.

Disampaikan dia, batik juga ada sejak zaman kerajaan Majapahit, berasal dari Jawa Timur tepatnya di Singosari. “Batik pun semula merupakan fesyen bagi orang keraton, yakni hanya dipakai oleh raja dan keluarganya. Namun, kini menjadi inklusif dan berkembang mengikuti zaman,”terangnya.

Berita Terkait :  KPUD Sidoarjo Tetapkan Subandi- Mimik Idayana Pemenang Pilkada 2024

Lantas iya menyebut peran batik di era modern. Batik pada dewasa ini dapat bermanfaat untuk fesyen, dekorasi, dan seni. Batik, untuk fashion kata dia dapat menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya Indonesia. Beberapa contoh batik untuk fashion diantaranya yakni dress batik, atasan cropped, hingga gaun dengan potongan asimetris.

“Batik untuk dekorasi dapat digunakan untuk menghias rumah, seperti perlengkapan interior dan hiasan dinding,”sebutnya.

Ia lantas menyampaikan, batik untuk seni lazimnya akan menjadi karya seni rupa, karena sebetulnya batik merupakan karya seni rupa terapan yang berupa kain yang dihias pola-pola tertentu.

“Batik sekarang perannya bisa untuk fashion. Tapi ada salah kaprahnya semisal ketika melihat tas ini (ada motif batik). Ini sebetulnya sudah turunan dari batik, yakni batik untuk seni; art, dan ini disebut batik printing. Kalau sudah bentuknya begini namanya tekstil motif batik. Jadi, kita harus mengetahui mana yang batik murni dan mana yang batik seni,” jelas Cicik.

Peran Batik Indonesia adalah untuk ekspresi, identitas, edukasi, dan komunikasi. Menurut Cicik, batik dapat digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang ingin disampaikan kreatornya. Peran ini pun berlaku hingga sekarang dan dapat menghasilkan kreasi-kreasi baru dari kreator batik masa kini.

Begitu pula dengan peran menunjukkan eksistensi identitas. Pada momen ini, Cicik menunjukkan aneka motif batik yang pernah dibuatnya dengan terinspirasi dari beragam identitas daerah di Jawa Timur, seperti dari Surabaya hingga Malang.

Berita Terkait :  Ghofur Bakal Berpasangan dengan Sosa di Pilkada Lamongan

Batik juga dapat digunakan sebagai media edukasi, karena di dalam motif batik selalu terkandung makna-makna yang mendalam termasuk tentang ciri khas yang dimiliki masing-masing daerah.

Selain itu, batik juga dapat menjadi sarana komunikasi non-verbal yang menyampaikan pesan, makna, dan simbol budaya. Batik dapat digunakan untuk berkomunikasi dalam berbagai kesempatan, seperti upacara adat, kegiatan resmi, hingga acara internasional.

“Sejak zaman dulu masa Majapahit, Singosari, dan seterusnya telah digunakan untuk berkomunikasi. Bahkan, juga digunakan untuk menyiarkan agama Islam,”tukasnya.

Jadi, kalau ingin mengetahui mode-mode batik zaman dulu tidak perlu susah-susah. Tinggal cari candi dan melihat bagaimana motif-motif yang ada candi-candi tersebut.

Kemudian, ada pemaknaan terhadap motif Batik Indonesia. Meski merupakan pegiat batik, Cicik mengaku juga hingga saat ini masih terus mempelajari tentang makna dari banyak batik di Indonesia. “Saya walau sudah lama menjadi pemateri dan praktisi batik, tetap saja sampai sekarang juga masih terus belajar untuk memahami makna-makna yang terkandung di motif batik yang ada di negeri kita tercinta. Karena, bukunya tebal sekali maka perlu ketelitian untuk membaca dan memahaminya,” ucap Cicik.

Pertama, Motif Batik Kawung yang merupakan simbol Pohon Aren. Pada kebudayaan Jawa, motif kawung yang disusun geometris ini diartikan sebagai lambang terjadinya kehidupan manusia. Dapat dimaknai agar manusia tidak lupa dengan asal-usulnya.

Berita Terkait :  Harga Gabah Kering Panen di Tingkat Petani naik 2,26 persen

Kedua, Motif Batik Parang yang merupakan simbol dongeng tentang Pangeran Jawa. Inilah salah satu motif batik paling tua dengan filosofi dan makna yang sangat dalam. Motif batik parang mengandung nilai sekaligus petuah agar manusia tidak mudah menyerah terhadap segala yang terjadi dalam kehidupan.

Ketiga, Motif Batik Sekar Jagad yang menjadi simbol Keberagaman. Sekar jagad salah satu motif batik yang berasal dari Solo dan Yogyakarta. Sekar jagad diambil dari kata ‘kar’ yang dalam Bahasa Belanda berarti peta dan ‘jagad’ dalam Bahasa Jawa yang berarti dunia, sehingga bermakna peta dunia.

Keempat, Motif Batik Truntum yang mengusung simbol Kasih Sayang. Motif batik ini sering digunakan dalam pernikahan adat Jawa. Namanya adalah batik truntum. Truntum diambil dari Bahasa Jawa ‘taruntum’ yang berarti tumbuh kembali atau bersemi kembali.

Cicik menggarisbawahi tentang pentingnya masyarakat Indonesia terutama yang muda-muda untuk turut serta melestarikan batik. Dia pun menyarankan anak-anak muda untuk belajar batik meskipun hanya bisa melalui YouTube.

“Tetapi jika ingin belajar LKP Ganesha, Windyas, atau Bu Ifah, tetap boleh karena kami juga menerima peserta belajar batik gratis melalui pembiayaan dari pemerintah dengan durasi belajar maksimal 3 bulan. Syaratnya tidak terikat sebagai mahasiswa untuk umur 17-25 tahun,”tukasnya. [mut.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru