26 C
Sidoarjo
Friday, November 22, 2024
spot_img

Naikkan PHBS Cegah Penyakit Jangkit Generasi Muda Kota Batu

Pemkot Batu, Bhirawa.
Pemerintah Kota (Pemkot) Batu melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) berkomitmen untuk menaikkan kesadaran sekaligus kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat. Hal ini menyusul masih banyaknya warga yang belum melaksanakan PHBS sehingga menyebabkan mudahnya generasi muda yang terjangkit penyakit, termasuk mempengaruhi upaya pencegahan stunting di kalangan anak- anak dan balita.

“Masih rendahnya kesadaran PHBS di masyarakat Kota Batu membuat warga usia produktif menjadi rentan dan mudah terkena penyakit, misalnya stroke dan kanker,” ujar Hasanatul Mardiyah, Kabid Kesehatan Masyarakat di Dinkes Kota Batu, Kamis (26/9).

Kenyataan di lapangan seperti inilah yang menginisiasi dinkes untuk lebih gencar mensosialisasikan PHBS kepada masyarakat. Apalagi dari sepuluh indikator PHBS yang baik, masih banyak yang belum tercapai atau terpenuhi di Kota Batu.

Dalam catatan dinkes, sebanyak 41 persen masyarakat Kota Batu masih enggan menerapkan PHBS. Dengan fakta ini maka di tahun 2024 perbaikan PHBS masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan bersama dan berkelanjutan.

Ditambahkan Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Ahli Muda Dinkes Kota Batu, Ni’matul Khoiriyah bahwa tahun lalu capaian PJBS kota ini masih 59 persen. Apakagi dua indikator pemenuhan PHBS masih jauh tercapai dari 65 persen yang ditagetkan.

Dan dua indikator yang jadi ganjalan adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, dan perilaku tidak merokok. Kedua indikator ini memiliki memiliki pencapaian paling rendah dibandingkan delapan indikator lainnya.

Berita Terkait :  Kepesertaan Aktif JKN bagi Pemohon SIM Tengah di Uji Coba di Kota Malang

Dari 10 indikator penilaian PHBS ada yang belum terpenuhi maka sebuah Faetah belum bisa dikatakan PHBS secara penuh. “Dan di Kota Batu, capaian ASI eksklusif dan perilaku tidak merokok yang masih rendah membuat PHBS belum mencapai target,” ujar Yayak, panggilan akrab Nikmatul Khoiriyah.

Ia menjelaskan rendahnya pemberian ASI eksklusif dikarenakan beberapa faktor seperti, ibu yang berprofesi sebagai wanita karir, ASI yang tidak keluar, ataupun ada ASI namun jumlahnya masih belum memenuhi kebutuhan balita.

Untuk itu dinkes terus melakukan upaya preventif maupun promotif. Namun demikian kegiatan kuratif atau pengobatan juga nasih tinggi sebagai buntut dari tidak tercapainya prosentase PHBS tersebut. “Perilaku tidak merokok menjadi indikator yang paling sulit dicapai karena harus dilakukan berdasarkan kesadaran masing- masing pelaku,” ungkap Yayak.

Ia menambahkan, selain ASI eksklusif dan perilaku tidak merokok, pemenuhan PHBS juga meliputi persalinan yang dilakukan tenaga kesehatan, aktifnya posyandu, penggunaan air bersih, juga cuci tangan dengan sabun. Selain itu ada penggunaan jamban sehat, aksi berantas jentik nyamuk, pola menu makan dan minum sehat, dan aktivitas fisik setiap hari. Ia menyampaikan, pada penilaian PHBS dalam satu keluarga ketika 9 kategori terpenuhi namun terdapat satu kategori yang gagal maka terhitung sebagai keluarga yang tidak menerapkan PHBS.[nas.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img