H Suhdi SPd M MPd
H Suhdi pria asli Kecamatan Suboh, Kabupaten Situbondo, baru tahun 2022 dipromosikan sebagai Kepala MTsN 3 Situbondo, yang terletak diujung timur Kota Santri Pancasila, tepatnya di Desa Mojosari, Kecamatan Asembagus, Situbondo. Jika diukur dari rumahnya, setiap hari berangkat kerja, H Suhdi, menempuh perjalanan sekitar 75 km dan pulang pergi sekitar 150 km. Sebuah jarak bekerja yang cukup menyita waktu dan tenaga.
Namun tidak demikian dengan Suhdi yang rela dan ikhlas sebagai seorang abdi negara menjalani rutinitas kerja meski jarak yang dilalui menyita waktu dan tentunya menyedot uang untuk membeli BBM. ”Setiap hari saya beli BBM berkisar Rp150 ribu. Itu kalau pertalite, jika Pertamax bisa melebihi,” terang Suhdi.
Semua perjuangan dan kerja keras sebagai pelayanan masyarakat tetap ia jalani seperti biasa. Tidak ada keraguan atau kemunduran dalam mencetak prestasi di lembaga MTsN 3 Situbondo. ”Coba saja kalkulasi Rp150 ribu kalikan satu bulan, berapa jumlahnya. Gaji saya habis untuk itu semua. Tetapi saya pantang mundur sebagai seorang ASN, setiap hari bekerja dengan baik,” terang Suhdi.
Suhdi menceritakan, sebelum diangkat sebagai ASN sekitar tahun 2007, ia berkarir sebagai guru honorer di lembaga madrasah pondok pesantren Nurul Wafa, asuhan KH Sibaweh. Pelan namun pasti, H Suhdi akhirnya diangkat menjadi seorang ASN. Ia juga pernah bertugas di MTsN 2 Situbondo, yang berlokasi di utara pasar Panarukan, Situbondo. ”Baru tahun 2022 silam, saya ditugasi sebagai Kepala MTsN 3 Situbondo,” aku Suhdi.
Selang beberapa lama, Suhdi juga diberi amanat tambahan oleh Kepala Kemenag Kabupaten Situbondo, yakni sebagai PLT Kepala MAN 2 Situbondo, karena Kepala yang bersangkutan memasuki purna tugas.
“Jadi tiap hari saya memiliki dua tanggungjawab untuk memimpin dua madrasah. Ini juga amanat tambahan yang harus saya jalani dengan baik dan harus bisa mencetak prestasi,” ungkap pria yang hobi memakai kopiah hitam itu.
Apakah kader untuk menjadi kepala madrasah saat ini stoknya tipis sehingga dirinya diberi tugas tambahan ? Kata Suhdi, untuk menjadi kepala madrasah dilingkungan Kemenag tahapannya cukup sulit dan panjang. ”Berbeda misalnya untuk menjadi kepala SD atau SMP, yang ada di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud) itu lebih mudah,” beber Suhdi.
Suhdi mengakui, untuk menuju tangga sukses dalam karier tersebut tidaklah mudah. Banyak rintangan dan hambatan yang ia alami selama ini. Termasuk dari lingkungan internal, sambung Suhdi, juga ada yang menghambat karirnya.
“Saya pernah di adukan ke pimpinan mengikuti aliran sesat. Ya silahkan saja. Namun alhamdulilah sampai saat ini tugas saya berjalan dengan lancar dan sukses. Bahkan banyak prestasi yang diraih,” tandas Suhdi. [awi.fen]