25 C
Sidoarjo
Tuesday, December 3, 2024
spot_img

Mengabdi untuk Sehatkan Indonesia

Refleksi Hari Kesehatan Nasional ke-60, 12 November

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi “abdi” adalah (orang bawahan, pelayan, hamba) sehingga dalam konteks birokrasi mengabdi sesungguhnya memiliki kewajiban melayani masyarakat. Dalam konteks yang lebih luas bahwa kewajiban negara yang dijalankan oleh pemerintah/birokrasi termaktub gamblang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4..yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia …..” Kondisi tersebut membawa konsekuensi logis juga bahwa urusan kesehatan dimana merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hak-hak dasar setiap warga negara yang menyatu/melekat dalam setiap jiwa warga negara Indonesia tanpa kecuali harus dijamin oleh negara. Sehat terkait erat dengan hidup manusia dari lahir hingga menjelang wafat, bahkan sejak dalam kandung dan proses sebelum dalam kandunganpun menjadi bagian dari definisi sehat. kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. Pendek kata, sehata lebih merupakan spektrum derajat kesehatan yang bersifat kontinum dimana menggabung berbagai macam dimensi seperti spiritual hingga tingkatan produktivitas suatu individu.

Konsepsi Sehat
Kesehatan tidak semata dimaknai dengan sehat-sakit namun sebuah kondisi derajat kontinum yang muaranya pada kondisi tertinggi atau ideal “‘sehat” adalah tidak hanya sehat secara fisik, psikis namun juga sehat secara sosial, ekonomi dan spiritual yang produktif mampu berkompetisi dengan orang lain bahkan bangsa lainnya yang lebih maju dan beradab. Harus diakui dewasa ini bahwa kita tak lepas dari kondisi dan ancaman megatrend lingkungan global yang tanpa batas mengakibatkan kondisi masyarakat cenderung bergaya hidup hedonis, literasi rendah sehingga teknologi menjadi sebuah jebakan teknologi (technology trapper) yang masuk ke sendi-sendi dasar masyarakat dan ruang privat. Kecanggihan teknologi juga meninabobokan atas nama kemudahan sehingga mobilitas berkurang rentan timbul obesitas yang menjadi salah satu momok dari sumber penyakit saat ini.

Berita Terkait :  UKT Mahal, Kuliah Terganjal

Megatren
Tantangan global ke depan semakin kompleks seiring dengan perubahan yang sangat cepat di segala bidang atau yang dikenal sebagai megatren global. Perubahan global tersebut merupakan perubahan transformatif berskala besar, berjangka waktu panjang, dan bersifat sangat masif terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi digital dan komputasi termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence). Pelajaran berharga ketika adanya fenomena pandemi COVID-l9 telah menyebabkan perubahan pola kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga menghasilkan tatanan kehidupan baru (new normal). Sesungguhnya fenomena megatren global memiliki dua sisi makna, yaitu memberikan potensi kemajuan bagi kondisi sosial ekonomi global, tetapi di sisi lain juga memberikan disrupsi di multisektor kehidupan.

Dimensi multisektor antara lain : perkembangan demografi global, geopolitik dan geoekonomi, perkembangan teknologi digital, peningkatan urbanisasi dunia, konstelasi perdagangan global, tata kelola keuangan global, pertumbuhan kelas menengah (middle class), peningkatan persaingan pemanfaatan sumber daya alam, perubahan iklim, dan pemanfaatan luar angkasa (space technology) untuk berbagai tujuan, seperti : telekomunikasi, pemantauan cuaca, pengembangan ilmu sains dan teknologi, navigasi, pertahanan serta eksplorasi kemungkinan kehidupan di luar bumi. Tantangan yang kompleks dan multidimensi harus mampu direspon melalui serangkain rumusan-rumusan kebijakan strategis di sektor kesehatan. Meskipun saat ini masih dalam jeratan triple burden diseases yang menggambarkan tantangan pembangunan kesehatan di Indonesia yakni kondisi ketika penyakit infeksi masih tinggi, penyakit tidak menular meningkat, dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah bisa teratasi mulai muncul kembali, termasuk didalamnya kekurangan gizi dan obesitas yang terjadi pada individu, keluarga, atau komunitas yang sama.

Berita Terkait :  Saatnya Wujudkan Program Makan Bergizi Gratis

Harus diakui bahwa saat ini Indonesia menghadapkan pada persaingan dunia digital yang luar biasa, maka dari itu dibutuhkan revitalisasi dan penguatan karakter agar mampu beradaptasi, memiliki daya manusia, transformasi digital, dan tidak berhenti untuk berinovasi. Di sektor kesehatan, masih banyak pekerjaan rumah dan problem SDM tenaga kesehatan yang membuituhkan prioritas dan atensi banyak pihak terutama pemerintah dalam rangka menuntaskan seabrek problematika kesehatan dan sejumlah sumber penyakit yang timbul termasuk penguatan kebijakan yang berorientasi promotif dan preventif. Di sisi lain terus berupaya percepatan peningkatan kemandirian masyarakat melalui berbagai macam program kesehatan yang berbasis masyarakat sehingga semua berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan. Semoga momentum peringat Hari Kesehatan Nasional ke-60 ini mampu membangkitkan semangat membangun Indonesia Maju menuju Visi Indonesia Emas 2045, semoga.

———— *** ————–

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img