Oleh:
Soni Zakaria
Penulis adalah Dosen HKI FAI Universitas Muhammadiyah Malang
Fenomena gagal ginjal kronis yang terjadi akhir-akhir ini dan viral di media sosial kian memprihatinkan dan secara tidak langsung menjadi alarm keras bagi kita semua. Menurut data yang dirilis oleh Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung terdapat data mencengangkankan.Sekitar 10 sampai 20 anak baru setiap bulannya memerlukan cuci darah rutin.Tak bisa kita bayangkan anak-anak yang harusnya asik bermain dan belajar dengan riang, namun kini harus terikat pada mesin dialisis seumur hidup mereka.Bisa dikatakan fenomena tersebut merupakan tragedi kemanusiaan serta kegagalan sistem dalam melindungi generasi penerus bangsa.
Dari kejadian ini sudah seharusnya kita mengubah paradigma.Kesehatan anak bukan hanya tanggung jawab eksklusif orang tua, melainkan juga tanggung jawab kolektif yang harus dipikul bersama, dalam hal ini termasuk oleh lembaga pendidikan.Sekolah, sebagai rumah kedua bagi anak-anak, memiliki peran yang vital dalam membentuk dan membudayakan kehidupan sehat.Selain itu sekolah juga merupakan tempat yang jauh dari pengawasan serta kontrol dari orang tua.
Dari sini kita harus melihat fakta bahwa sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah.Maka dari itu sekolah merupakan tempat strategis bagi tumbuh kembang anak dalam menanamkan kebiasaan hidup sehat sejak dini.Sekolah harus menjadi role model dan menjadi laboratorium hidup sehat bagi anak-anak.Tidak hanya menjadi tempat dalam mencari ilmu. Sekolah dapat mempromosikan gaya hidup sehat melalui berbagai program. Baik seminar kesehatan, olahraga bersama secara rutin, maupun penyuluhan pola makan sehat harus menjadi agenda wajib, bukan sekadar kegiatan tahunan.
Selain program edukasi, perlu dibarengi dengan aksi nyata sebagai langkah konkrit dari sekolah.Sebagai contoh kantin sekolah harus selektif dalam menjual jajanan maupun konsumsi yang dinilai tidak sehat.Maka perlu ada pengawasan ketat dari pihak sekolah sebagai bentuk kontrol makanan dan minuman. Sekolah perlu membuat kebijakan pelarangan penjualan makanan dan minuman manis yang berpotensi merusak ginjal dan membahayakan kesehatan para siswa. Termasuk menyeleksi jajanan yang sudah kadarluasa.
Prof Dany Hilmanto, Konsultan Nefrologi Anak RSHS, menegaskan bahwa pola makan tidak sehat memang bisa menyebabkan penyakit ginjal, meskipun tidak secara langsung prosesnya masih membutuhkan waktu yang panjang. Oleh karena itu kita harus mencegahhal tersebut sejak dini.Jangan sampai anak-anak Kita terkena hipertensi maupun diabetes sebelum kita peduli pada kesehatan ginjal anak.
Lebih jauh lagi, sekolah harus menjadi garda terdepan dalam mendeteksi penyakit ginjal sejak awal.Pemeriksaan kesehatan rutin pada siswa setidaknya dapat dilakukan oleh pihak sekolah sebagai bentuk investasi kesehatan jangka panjang.Sekolah dapat melibatkan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan tes fungsi ginjal sederhana, langkah ini bisa menjadi langkah awal yang signifikan.Diharapakan dengan adanya pendeteksian sejak dini kasus kerusakan ginjal pada anak dapat teratasi lebih sejak dini.
Selain itu, bagi mereka yang telah terdiagnosis penyakit ginjal kronik memerlukan dukungan sosial.Hal ini selain bentuk dukungan secara medis dukungan berupa psikososial.Mereka membutuhkan dukungan emosional dan sosial untuk menghadapi realitas baru yang berat.Sekolah dalam konteks ini dapat menyediakan layanan konseling serta membuat kelompok dukungan.Ini tidak hanya membantu bagi mereka yang sakit melainkan juga mendidik seluruh pihak sekolah tentang empati dan inklusivitas.
Memang dalam mengimplementasikan program-program tersebut tidak mudah dan membutuh biaya yang tidak sedikit.Namun setidaknya ada beberapa program yang bisa diperbuat oleh sekolah sebagai bentuk kepedulian sekolah terhadap kesehatan murid.Halini perlu dilakukan sebagai investasi kesehatan. Karena kesehatan merupakan pada anak merupakan investasi terbaik untuk masa depan bangsa. Kita tidak bisa bekerja sendirian.Perlu ada dukungan dari beberapa pihak baik dari guru, staf, murid, hingga wali orang tua.Sehingga diharapkan sekolah dapat menciptakan ekosistem yang mendukung kesehatan anak secara holistik.
Edukasi terhadap siswa tentang makanan dan minuman yang sehat dan memberikan tips dalam menghindari makanan maupun minuman yang membahayakan perlu menjadi prioritas. Karena secara tidak langsung mereka adalah para konsumen yang perlu dilindungi hak-haknya sebagaimana diatur dalam hukum perlindungan konsumen. Pengawasan peredaran makanan dan minuman terutama yang sudah expired perlu lebih diperhatikan. Jika diperlukan sekolah dapat mengawasi secara rutin setiap bulan dan menyortir makanan yang Agar para murid terhindar dari jajanan yang sudah kadarluasa.
Menciptakan budaya hidup sehat di sekolah memang bukan perkara mudah.Tapi sebelumnya sekolah sudah berpengalaman bagaimana ketika sekolah dihadapkan pada pencegahan penularan Covid-19. Berbagai upaya sudah pernah dilakukan, mulai dari pemakaian masker, jaga jarak, swab tes Covid-19, pemakaian hand sanitizer, pembiasaan cuci tangan, dan lain sebagainya. Tentu dari pengalaman tersebut.Budaya hidup sehat yang sudah berjalan saat Covid-19 tetap harus dipertahankan, walaupun sekarang Covid-19 sudah tak lagi menghawatirkan.
Sekolah sudah terlalu lama berfokus pada hasil akademik, mengabaikan kesehatan, yang merupakan kunci keberhasilan siswa di semua bidang.Saatnya untuk mengubah cerita.Sekolah harus menjadi tempat terbaik untuk pertumbuhan fisik, mental, dan sosial anak.Jika kita ingin generasi Indonesia yang tangguh dan berdaya saing di dunia, ini harus dilakukan.
Kesehatan anak, terutama penyakit ginjal kronis, adalah masalah yang kompleks dan multifaset.Namun, kita memiliki kesempatan nyata untuk mengubah tren dengan menerapkan pendekatan holistik yang melibatkan seluruh aspek masyarakat, termasuk sekolah sebagai pilar utama. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat tidak hanya membantu mencegah penyakit, tetapi juga mengajarkan anak-anak kita nilai-nilai hidup sehat yang akan mereka bawa ketika mereka dewasa.
Kita tidak dapat lagi menunda atau melewatkan upaya ini.Setiap hari yang terlewat membiarkan anak-anak kita lebih dekat dengan risiko penyakit ginjal kronik. Sebagai masyarakat, kita harus mendorong sekolah untuk berperan aktif dalam mempromosikan gaya hidup sehat.
Kesehatan anak-anak kita mencerminkan masa depan negara kita. Pastikan generasi penerusnya sehat dan kuat adalah langkah pertama jika kita ingin Indonesia maju dan berdaya saing.Sekolah harus diubah menjadi tempat untuk melindungi kesehatan, bukan hanya tempat untuk belajar. Kita bisa melakukan revolusi kesehatan di sekolah dengan bekerja sama, membentuk generasi yang tidak hanya pintar tetapi juga sehat dan tangguh untuk menghadapi tantangan zaman.
———– *** ————–