Tim Paduan Suara Arek Suroboyo saat berada di Takarazuka City Jepang untuk mengikuti ajang ke 39th Takarazuka International Chamber Chorus Contest.
Surabaya, Bhirawa.
Hal yang membanggakan kembali terjadi pada Paduan Suara Arek Suroboyo (PSAS). Jika sebelumnya berhasil meraih emas pada ajang World Choir Games (WCG) 2023 yang diadakan di Gangneung, Korea Selatan, maka tahun 2024 kembali meraih emas di ajang the 39th Takarazuka International Chamber Chorus Contest (TICCC) di Takarazuka City, Jepang.
Tim paduan suara asal Kota Surabaya yang mayoritas adalah siswi SMP dan SMA tersebut berhasil menang pada kategori Children’s & Youth Choir dengan meraih nilai 90,4 dalam kompetisi internasional yang diselenggarakan pada 20-21 Juli 2024,
“TICCC ini termasuk kompetisi paduan suara tertua yang ada di dunia. Di ajang ini kami ikut kategori children and youth, dan berhasil mendapat juara satu,” ujar Anggota PSAS Trivena Alenza di Surabaya, Jumat (9/8).
Ada cerita dibalik kompetisi paduan suara tersebut, Ia mengatakan, awal mulanya, tim berencana mengikuti kompetisi di Singapura. Sayangnya, hanya ada 15 peserta yang berminat. Kemudian muncul tawaran untuk mengikuti kompetisi TICCC di Jepang tersebut.
“Rencana awalnya tidak ke Jepang tapi di Singapura. Tim kemudian mempersiapkan diri selama enam bulan untuk mengikuti kompetisi ini. Anggota yang awalnya 15 anak, ditambah menjadi 22 anak,” ungkap Trivena.
Persiapan itu, lanjutnya, mencakup penyesuaian teknik bernyanyi dengan lagu-lagu yang berasal dari tahun 1900-an, serta memastikan agar nafas tidak terputus selama penampilan.
Bagi timnya, ini menjadi tantangan tersendiri dan menjadi pelecut semangat hingga akhirnya berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. “Sebelumnya tidak pernah menemukan lagu seperti tahun 90-an ini,” katanya.
Kebanggaan juga disampaikan Anggota PSAS lainnya seperti Clara dan Adria, yang bersyukur bisa belajar banyak dalam tim paduan suara dan memperoleh pengalaman hingga ke dunia internasional.
Sementara itu, Pelatih PSAS Moses Peta menyampaikan, bahwa kompetisi internasional ini terkenal sangat selektif dan hanya menerima peserta yang sudah pernah juara di kompetisi-kompetisi sebelumnya.
“Pesertanya dari berbagai negara. Di kategori yang kami ikuti ada 7 peserta, yang Indonesia cuma kita. Kompetisi ini sangat ketat, tidak menerima jalur open lagi, yang diterima itu yang champion semua,” ungkapnya.
Di sisi lain, Moses berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan sektor seni budaya, khususnya bidang paduan suara. Meski minim dukungan pemerintah, PSAS tetap bangga membawa nama Surabaya di kancah internasional.
“Biaya ke Jepang mandiri semua. Saya berharap ke depannya pemerintah bisa lebih memperhatikan seni budaya. Karena selain olahraga, yang bisa mengibarkan bendera merah putih adalah seni budaya,” tuturnya.
Ke depan, PSAS juga menargetkan untuk menggelar konser amal bagi anak-anak panti asuhan. Kemudian juga terus berkomitmen untuk tetap eksis di level internasional melalui berbagai kompetisi yang diikuti. (rac,ren.hel).
