Surabaya, Bhirawa
Mohammad Adji Romadhon Mahasiswa Program Studi (Prodi) Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menjadi salah satu mahasiswa peraih karya terbaik dengan judul penelitian.
Penelitiannya bermula dari melihat banyaknya fenomena anak Sekolah Dasar (SD) pengidap disleksia yang sering dianggap kurang asertif karena kesulitan dalam berkomunikasi bahkan takjarang dianggap bodoh karena otak mereka kesulitan mengolah informasi data dalam bentuk tulisan, kata dan bunyi bahasa.
Adji menjelaskan Anak disleksia dengan kekurangan yang dimiliki, respon yang diberikan anak dengan gangguan disleksia bisa mengarah pada dua kutub yang berbeda, menggunakan istilah radikal kanan atau radikal kiri untuk membaginya.
“Radikal kanan (agresif) ini cenderung mendominasi bahkan mengintimidasi rekannya karena berusaha menutupi kekurangannya sehingga perilaku yang mencul adalah defense mechanism. Sedangkan radikal kiri cenderung (pasif) atau menarik diri dari lingkungan, bahkan efeknya adalah menjadi korban bullying. Sehingga dirasa perlu untuk melakukan intervensi untuk meningkatkan perilaku asertif anak disleksia,” ujar Adji.
Adji berusaha mengusung salah satu metode pembelajaran yang cocok digunakan anak-anak disleksia untuk meningkatkan perilaku asertif, yakni melalui metode Role Play atau bermain peran seperti sekolah-sekolahan, dokter-dokteran, polisi-polisian, atau jual-jualan. “melalui bermain peran tersebut mereka juga bisa mendramatisasikan tingkah laku dan mimik wajah dalam mengungkapkan perasaan yang sedang dialami”.
Metode ini akan mengarahkan siswa untuk lebih kreatif dalam menirukan berbagai kegiatan menjadi dramatis, baik itu ide, situasi, maupun karakter khusus. Sehingga bisa terbentuk perilaku asertif, kata mahasiswa yang berhasil menyelesaikan Program Magisternya dalam waktu 1,5 tahun dengan IPK 3,76 ini.
Penelitian dengan Menggunakan subjek 20 siswa disleksia ringan di salah satu SD Negeri Surabaya, membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan mulai dari screening awal hingga menyelesaikan penelitiannya.
“Screening awal pra penelitian saya gali data ke sekolah mengenai anak-anak yang diduga mengalami disleksia atau learning difficulties (kesulitan belajar spesifik) dengan IQ minimal normal namun prestasi akademik rendah” Paparnya.
Adji menambakan Saya juga bekerja sama dengan salah satu biro psikologi untuk mengadakan tes IQ lagi dan melakukan Screening disleksia dengan mengacu pada DSM V dari sekian banyak siswa yang memenuhi kriteria penelitian ada 20 siswa dengan disleksia ringan 8 perempuan 12 laki-laki sebagai subjek.
“Perilaku asertif saat pre test (rerata= 11,0) mengalami peningkatan saat post test (rerata= 25,5). Perilaku asertif siswa sebagian besar meningkat semula berada pada kategori kurang asertif sebanyak 65% siswa dan setelah diberi perlakuan metode role play sebanyak 55% siswa meningkat menjadi cukup asertif” Imbuhnya.
Perubahannya hanya satu loncatan interval yang semula kurang asertif menjadi cukup asertif karena untuk merubah perilaku seseorang prosesnya cukup panjang, sedangkan pertemuan yang saya lakukan hanya sekitar delapan kali terbagi menjadi satu kali perkenalan dan pemberian materi pengantar, enam kali intervensi role play dan satu kali psikoedukasi kepada orangtua. “Saya menyadari bahwa dalam penelitian ini, masih terdapat banyak kekurangan.,” ucapnya Adji.
Adji berharap penelitian yang kedepan bermanfaat secara teoritis dengan menambah pengetahuan tentang gangguan belajar spesifik (disleksia) pada anak dan bermanfaat Secara praktis dapat membantu orang tua, sekolah, dan peneliti selanjutnya dalam menangani disleksia serta meningkatkan perilaku asertif. “sehingga dapat memberikan kebermanfaatan bagi banyak siswa-siswa disleksia lainnya, harapannya juga pelan-pelan mereka mulai terbiasa mengungkapkan perasaannya dengan aserti. [ren.fen]