Sidoarjo, Bhirawa.
Di tengah pesatnya perkembangan ekonomi digital, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menunjukkan peran nyata dalam pemberdayaan pelaku usaha kecil. Dua mahasiswa Magister Manajemen UM, Stanley dan Sunarto, dalam Pengabdian Masyarakat (Pengmas) dampingi UMKM Ayam Geprek Hafiza Fried Chicken (HFC) di Krian, Sidoarjo, untuk naik kelas melalui program training dan pendampingan bisnis yang terintegrasi.
Program ini merupakan bagian dari mata kuliah Pendampingan UMKM yang dibimbing oleh Prof. Dr. Agung Winarno, M.M . Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya proyek akademik, melainkan wujud sinergi antara dunia kampus dan dunia usaha.
“Kolaborasi antara akademisi dan pelaku UMKM memberi manfaat timbal balik. Mahasiswa belajar menerapkan teori di lapangan, sementara UMKM mendapat akses pada ilmu, strategi, dan sumber daya yang selama ini belum mereka miliki,” jelas Prof. Agung, Minggu (19/10).
Melalui pemberdayaan UMKM, Prof Agung berharap masyarakat menengah ke bawah dapat memperoleh kesempatan kerja yang layak, serta memperkecil kesenjangan ekonomi melalui pertumbuhan usaha yang merata.
Sementara itu, Stanley menjelaskan alasan dipilihnya UMKM Ayam Geprek HFC dalam pendampingan program Pengmas. Ia menyebut sebelumnya Ayam Geprek HFC hanya mengandalkan penjualan konvensional. Namun, usai pendampingan intensif kini bertransformasi menuju usaha digital yang lebih kompetitif.
“Kami membantu pemilik HFC melakukan standardisasi proses bisnis, mulai dari pengadaan bahan baku, pengolahan, hingga penyajian dan kebersihan. Empat aspek utama menjadi fokus pelatihan yang meliputi kualitas produk, rasa, porsi, dan higienitas,” sebut Stanley.
Menurut Stanley, standart tersebut dinilai penting karena berpengaruh pada kepuasan pelanggan dan reputasi bisnis bisa terjaga. “Kami bantu pemetaan proses bisnis HFC agar lebih efisien dan mudah dimonitor,” tambahnya.
Selain perbaikan operasional, Stanley dan Sunarto juga menggarap sisi pemasaran digital. Mahasiswa UM mendesain website dan akun Instagram resmi untuk HFC, lengkap dengan konten visual, foto produk, hingga testimoni pelanggan. Promosi dilakukan dengan memanfaatkan fitur Instagram Reels, Stories, dan kolaborasi dengan food blogger lokal.
Tak berhenti di sana, HFC kini juga terdaftar di platform GoFood dan ShopeeFood, memudahkan pelanggan memesan dari mana saja. “Kami mendampingi proses dari registrasi, penyusunan menu digital, hingga strategi promosi,” kata Sunarto.
Disebutkan Sunarto, salah satu hasil pendampingan yang menarik adalah pengembangan varian sambal dan menu baru mie ayam geprek. HFC kini memiliki enam varian sambal mulai dari sambal original, ekstra pedas, mild, keju, matah, hingga sambal bawang yang menjadi daya tarik baru bagi pelanggan.
Diversifikasi menu juga dilakukan dengan menghadirkan mie ayam geprek dalam berbagai pilihan, seperti varian keju, spesial, dan jumbo. Langkah ini terbukti memperluas pasar sekaligus memperkuat brand identity HFC,” jabar dia.
Dalam hal manajemen keuangan, pihaknya juga mengajarkan sistem pencatatan sederhana namun terstruktur, mulai dari buku kas harian, laporan penjualan, hingga laporan laba rugi bulanan. “Dengan pencatatan yang rapi, pelaku UMKM bisa tahu arah bisnisnya dan mengambil keputusan dengan data, bukan perkiraan,” ujar Sunarto.
Selama lima minggu pendampingan, perubahan besar terlihat. HFC kini tampil lebih profesional, efisien, dan siap bersaing di era digital. Mulai dari dapur hingga dashboard media sosial, semangat belajar dan berinovasi terasa di setiap langkah.
Program pendampingan mahasiswa UM ini membuktikan bahwa peran kampus tidak berhenti di ruang kuliah. Ketika ilmu diterapkan dengan empati dan kerja sama, hasilnya bukan hanya peningkatan omzet, tetapi juga lahirnya UMKM tangguh yang siap menjadi bagian dari ekonomi kreatif Indonesia.[ina.ca]


