26 C
Sidoarjo
Thursday, December 11, 2025
spot_img

Mahasiswa UC Sajikan Sayur Asem dalam Sekeping Keripik


Surabaya, Bhirawa
Tiga mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra (UC) Surabaya Devina Angela, Melvina Tjian, dan Cindy Kristina membuktikan bahwa kreativitas kuliner bisa lahir dari bahan-bahan lokal yang sederhana. Berbekal ide untuk menghadirkan camilan sehat khas Indonesia, mereka meracik vegetable chips berbahan sayur asem dan berhasil menembus Top 4 kompetisi internasional SIAL Innovation yang digelar SIAL Interfood Jakarta.

Perjalanan inovasi ini sebenarnya dimulai dari eksperimen sederhana. Sebelumnya, ketiga mahasiswa tersebut mengolah buah stroberi, nanas, dan jagung menjadi keripik. Namun, dorongan untuk menciptakan sesuatu yang lebih otentik membuat mereka beralih pada cita rasa sayur asem hidangan Indonesia yang akrab di lidah banyak orang.

Sentuhan inspirasi dari kimchi yang dibawa peserta dari Korea Selatan membuat mereka memadukan unsur asam yang segar sekaligus membangun karakter rasa yang unik. “Yang membuat keripik ini berbeda adalah proses pengolahannya. Karena kita memanfaatkan seluruh serat sayuran dan tanpa penggorengan. Sehingga keripik sayur asem kita jauh lebih sehat untuk dikonsumsi,”ujar Devina, Rabu (10/12).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa seluruh bahan seperti labu siam, jagung, kubis, serta campuran oat dihaluskan, dibumbui dengan gula Jawa, asam Jawa dan bumbu untuk sayur asem. Kemudian, adonan dicetak dan dikeringkan selama 20 jam pada suhu 80°C pada mesin dehydrator. Fungsi mesin untuk untuk menjaga tekstur keripik tetap renyah tanpa tambahan minyak, sehingga kandungan seratnya tetap tinggi dan vitamin tetap terjaga.

Berita Terkait :  Spemma Surabaya Dikunjungi Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Kota Malaysia

“Kami ingin menciptakan camilan yang lebih sehat, tetap menggugah selera, tapi tidak menghilangkan rasa asli sayur asem,” ujar Devina.

Ia menambahkan kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar mengemil menjadi alasan utama memilih format keripik. Produk ini juga dirancang praktis agar mudah dibawa wisatawan, dengan cita rasa lokal yang tetap kuat.

Namun, perjalanan menciptakan keripik sehat ini jauh dari kata mudah. Komposisi sayur asem yang kompleks membuat mereka menghadapi serangkaian trial and error selama seminggu penuh. Mencari keseimbangan antara rasa manis, asam, dan aroma sayur, sekaligus memastikan tekstur tidak terlalu berat saat dimakan, menjadi tantangan tersendiri. “Butuh banyak percobaan sampai kami menemukan komposisi paling pas,” tambah Melvina.

Nilai gizinya pun terbilang ringan. Per takaran saji (20 gram), keripik ini mengandung energi 20 kkal, karbohidrat 4 gram, serta natrium 160 mg. Dengan kandungan serat alami dari sayur yang dihaluskan, produk ini ditujukan bagi konsumen yang mencari camilan sehat tanpa kehilangan sensasi crunchy.

Inovasi tersebut berhasil mengantarkan mereka menjadi salah satu wakil Indonesia di SIAL Innovation. Dari berbagai negara yang bersaing mulai Korea, Malaysia, hingga Filipina, keripik sayur asem ini berhasil masuk 10 besar dan kemudian melesat ke Top 4 besar. Korea membawa produk berbasis kimchi, sementara tim UC mengusung rasa asam-manis khas Nusantara yang ternyata diterima dengan baik oleh juri internasional.

Berita Terkait :  Tanggap Stunting, Alfamidi Perkuat Perannya Dalam Isu Sosial dan Kesehatan

“Lomba ini jadi langkah awal bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi potensi makanan Indonesia,” ujar Kaprodi Teknologi Pangan UC, Mitha Ayu Pratama Handojo, S.TP., M.Sc.

Ia menambahkan, terobosan penggunaan sayur asli yang diolah menjadi chips padat serat adalah poin keunggulan yang membuat produk ini menonjol.

Saat ini, produk berbetuk bulat tersebut mulai dipasarkan melalui media sosial dengan sistem pre-order. Harga per kemasan 20 gram dibanderol Rp25.000. Meski masih skala kecil, pesanan sudah mengalir setiap bulan. Bahkan, ketika dipamerkan di Jakarta, permintaan meningkat signifikan hingga menghasilkan omzet dua digit.

Ketiganya kini tengah memproses pendaftaran paten sambil menyiapkan pengembangan varian rasa berikutnya. “Inovasi ini bukan hanya soal keripik, tetapi juga tentang bagaimana generasi muda memanfaatkan kekayaan bahan lokal, teknologi pangan, dan semangat eksplorasi untuk menciptakan produk yang mampu bicara hingga panggung internasional,”pungkas Mitha. [ina.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru