Surabaya, Bhirawa
Di tengah meningkatnya harga kebutuhan pokok, minyak goreng menjadi salah satu komoditas yang paling membebani keuangan rumah tangga. Data menunjukkan bahwa pengeluaran untuk minyak goreng dapat mencapai 6 hingga 12 persen dari total belanja pangan keluarga berpendapatan rendah.
Besarnya proporsi ini tentu menjadi tantangan bagi masyarakat di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu. Sayangnya, kebiasaan menggunakan minyak berkali-kali tanpa penyaringan masih banyak ditemukan, sehingga bukan hanya mengurangi kualitas makanan tetapi juga membahayakan kesehatan keluarga dan mempercepat kerusakan minyak
Namun, pengalaman mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Sub 3 NR 03 saat menjalankan program edukasi penyaringan minyak di desa menunjukkan bahwa solusi atas masalah ini sebenarnya dapat dimulai dari langkah-langkah kecil, murah, dan sangat mungkin dilakukan oleh setiap keluarga
Program Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan menunjukkan perubahan nyata dalam pola pengelolaan minyak rumah tangga maupun usaha kecil berbasis kuliner. Melalui pelatihan penyaringan minyak sederhana, masyarakat mulai menerapkan pemanfaatan kembali minyak yang telah digunakan tanpa mengorbankan kualitas dan keamanan pangan. Proses penyaringan terbukti mampu menghilangkan kontaminan padat dan memperlambat kerusakan minyak sehingga masa pakainya dapat bertambah hingga dua sampai tiga kali lebih lama
Dampak ekonomi yang dirasakan pun signifikan. Rumah tangga yang semula membeli minyak lebih dari dua kali dalam seminggu kini hanya perlu sekali berkat optimalisasi penggunaan minyak. Pelaku UMKM kuliner bahkan mencatat penurunan biaya produksi hingga 30-50 persen setelah menerapkan penyaringan secara rutin
Peningkatan ekonomi keluarga sering kali diasosiasikan dengan bantuan modal, kenaikan pendapatan, atau program besar pemerintah. Padahal, ketahanan ekonomi juga dapat dibangun melalui efisiensi pengeluaran sehari-hari. Penyaringan minyak menghadirkan contoh nyata bagaimana inovasi sederhana dapat menghadapi permasalahan klasik tanpa teknologi tinggi ataupun biaya besar
Manfaat penyaringan minyak bukan hanya ekonomis, tetapi juga kesehatan. Kandungan berbahaya seperti akrolein dan benzena yang terbentuk pada minyak gosong dapat diminimalkan ketika sisa makanan tersaring dengan baik. Ini berarti penyaringan minyak juga mampu mencegah risiko kesehatan jangka panjang sebuah aspek yang sering luput dari perhatian masyarakat
Selain itu, praktik penyaringan minyak membuka peluang menuju ekonomi sirkular berbasis rumah tangga. Minyak jelantah yang telah disaring dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun, lilin aroma terapi, hingga bahan baku biodiesel. Artinya, rumah tangga bukan sekadar menekan pengeluaran, tetapi juga berpeluang menghasilkan nilai ekonomi baru dari limbah dapur
Upaya mahasiswa UNTAG Surabaya Sub 3 NR 03 menunjukkan bagaimana edukasi sederhana bisa menghadirkan perubahan besar. Mahasiswa tidak bertindak sebagai penyuluh sesaat, melainkan sebagai mitra yang membangun kesadaran jangka panjang mengenai pengelolaan sumber daya keluarga. Inovasi penyaringan minyak justru menjadi motor perubahan karena relevan, murah, mudah diterapkan, dan berdampak langsung
Gerakan penyaringan minyak menunjukkan bahwa transformasi kesejahteraan tidak harus dimulai dari teknologi besar namun dari kebiasaan kecil yang konsisten. Program Pengabdian masyarakat Sub 3 NR 03 membuktikan bahwa masyarakat mampu meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga, menjaga kesehatan, sekaligus berkontribusi pada pengelolaan lingkungan hanya melalui pengelolaan minyak goreng yang lebih bijak
Jika gerakan ini diperluas ke lebih banyak desa dan UMKM, bukan hal mustahil bahwa penyaringan minyak akan menjadi bagian dari budaya pangan sehat dan hemat di Indonesia. Saat masyarakat dibekali pengetahuan yang tepat, perubahan tidak harus menunggu perubahan dapat dimulai hari ini, dari dapur kita sendiri. [why]


