Pemprov Jatim, Bhirawa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) melalui Dinas Sosial Jawa Timur (Dinsos Jatim) melalui Jatim Sosial Care (JSC) dampingi pemulangan lima anak telantar korban penipuan pekerjaan ke DKI Jakarta, Kamis (17/7) kemarin.
Kelima anak itu, MA (15), AF (16), S (15) dan YR (16), yang mana keempat sekawan ini merupakan teman bermain. Mereka merupakan remaja yang sudah putus sekolah dan berkeinginan untuk bekerja menjadi Anak Buah Kapal (ABK) di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Berbekal uang Rp900 ribu untuk naik travel dari Jakarta ke Probolinggo empat sekawan yang berasal dari Jakarta Barat ini nekat pergi merantau jauh dari Ibu Kota.
Salah satu dari mereka awalnya mendapatkan informasi pekerjaan dari marketplace OLX sebagai ABK (anak buah kapal) di muara angke dengan iming-iming gaji Rp 4,5 juta. Saat akan berangkat mereka dijemput grab dan turun di Bekasi namun sampai di Bekasi mereka dijemput travel dan ternyata dibawa ke Kabupaten Probolinggo.
Sampai di Kabupaten Probolinggo, mereka datang ke kantor yang dimaksud untuk melamar kerja tetapi karena masih dibawah umur membuat mereka ditolak. Dan sialnya ponsel YR beserta fotocopy kartu keluarga mereka dibawa kabur oleh agen.
”Hape saya dan fotocopy KK itu jaminannya untuk mereka, karena kami tidak punya uang untuk bayar travel. Kami takut dan kabur, sampai ninggalin tas dikantor itu dan mencari bantuan ke kantor polisi,” ujar YR.
Setelah itu pihak kepolisian setempat menyerahkan ke Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo lalu dirujuk ke Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur pada Selasa (15/7). Dikarenakan alamat dari identitas yang bersangkutan merupakan dari Provinsi DKI Jakarta.
Hampir sama dengan kasus empat sekawan, anak telantar berinisial OA (17) asal Palembang. OA merupakan anak telantar rujukan dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Bali.
Dimana ia telah ditipu oleh seorang kenalannya di media sosial. OA tertarik karena sebelum berangkat ia sudah mendapatkan transfer uang untuk transportasi dari Palembang ke Bali sebesar Rp1,5 juta.
Terkatung-katung di Bali seorang diri dengan berbekal seadanya, membuat OA ingin mencari kenalan orang baru. Namun untuk kedua kalinya ia ditipu, OA dibawah seorang laki-laki berusia 30an dan dibawah ke sebuah gedung. Ia mengaku dibius dan tak sadarkan diri. Bangun-bangun ia melihat dirinya dengan pakaian compang-camping dan area sensitifnya sakit.
”Dari sana kontak saya di blokir, lima hari terlantar di terminal tanpa kejelasan. Lalu saya memilih untuk lapor ke polisi dan dibawa ke Dinsos,” kata OA.
Namun dalam perjalanan tim JSC mendampingi kelima anak telantar, ada kejadian yang cukup membuat tim terpukul. Karena YR, anak telantar dari Jakarta Barat kabur dari rombongan tim dan memilih untuk pulang sendiri dengan berbekal uang Rp 20 ribu dari temannya.
Bahkan tim juga sempat menyampaikan permintaan maaf kepada sang ayah yang sudah lama menunggu kedatangan sang anak di kantor Dinsos DKI Jakarta. Namun orangtua YR berkata, ”Sudah biasa dia seperti ini, dua hari lagi mungkin sudah kembali ke rumah.”
Namun tidak menunggu dua hari, tim sudah mendapatkan kabar jika YR sudah kembali pulang kerumah dan bersama keluarganya.
”Anak-anak ini butuh pendampingan untuk kami antarkan ke Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Karena mereka masih rentan, terlebih mereka menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang. Kami berharap ketika sudah kembali ke keluarga, semua pihak harus benar-benar menaruh perhatian ke mereka. Karena mereka butuh di dampingi dan diarahkan untuk masa depannya,” ungkap Dra Restu Novi Widiani MM, Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dalam kesempatannya. [rac.fen]


