Demam Berdarah Dengue (DBD), selalu menunjukkan gejala ke-luar biasa-an pada setiap musim hujan. Saat awal musim hujan (awal November) sudah terdapat kenaikan kasus sebesar 83,6%. Serta korban jiwa tak tertolong juga naik 38,6%. Maka segenap masyarakat tidak boleh abai terhadap kebersihan lingkungan. Terutama 3M (Menutup, Menguras, Mengubur) plus inovasi. Pemerintah melalui Puskesmas seyogianya segera me-masal-kan fogging di tingkat RT (Rukun Tetangga).
DBD masih menjadi endemi yang bisa menyerang dua musim sekaligus. Yakni pada musim hujan, dan berlanjut pada musim kemarau. Perubahan karakteristik DBD ini harus diimbangi dengan pencegahan yang lebih masif, dan inovatif. Termasuk melalui rekayasa genetika nyamuk. Serta pemeliharaan hewan predator, dan tanaman anti nyamuk. Konon, pemerintah memiliki target zero dengue death (nol angka kematian) pada tahun 2030. Harus lebih dikebut pada tahun 2025.
Karena realitanya, DBD merupakan masalah kesehatan serius. Prevalensinya cukup tinggi dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Pada 2023 dilaporkan terdapat 114.720 kasus, dengan 894 catatan kematian. Sedangkan pada minggu ke-43 tahun 2024, sudah tercatat sebanyak 210.644 kasus dengan 1.239 kematian. DBD terjadi pada 259 kabupaten dan kota, tersebar di 32 propinsi. Suspek dengue yang tercatat dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons) hingga minggu ke-43 mencapai 624.194 suspek.
Waspada, genangan air pada musim hujan, di area permukiman selalu menjadi lokasi penetasan nyamuk aedes aegepty. Menyebarkan nyamuk yang membawa virus dengue (DBD). Jika terlambat tertolong bisa merenggut jiwa. Dinas Kesehatan di seluruh daerah patut memulai fogging, dan menggencarkan kampanye 3M (Menutup, Menguras, Mengubur) plus inovasi. Termasuk dengan pemeliharaan ikan cupang (bisa hidup bertahan lama) untuk memangsa jentik-jentik. Selain ikan agresif, di Lamongan juga digunakan tanaman serai.
DBD tidak boleh dianggap sepele. Sepanjang tahun 2024 (sampai hampir penghujung tahun), biasanya akan makin “menggila.” Di Jawa Timur, misalnya, telah terdeteksi ratusan kasus. Menunjukkan tren meningkat. Di kabupaten Malang misalnya, ditemukan sebanyak 657 kasus, naik 270% (tahun lalu 243)! dengan angka kematian 4 jiwa. Kasus DBD juga ditemukan di Jombang, sebanyak 131 pasien. Tedapat 4 pasien (3 anak-anak) tidak tertolong. Di Lamongan, ditemukan 553 kasus DBD.
Sedangkan di kabupaten Probolinggo, sebanyak 173 kasus, dengan angka kematian 3 jiwa. Begitu pula Kota Madiun, tercatat sebanyak 500 lebih kasus DBD, naik hampir 400% dibanding tahun lalu. Angka kematian tercatat 4 korban jiwa. Memilukan, karena mayoritas yang diserang nyamuk DBD adalah anak-anak usia SD (7-12 tahun), sebesar 30%. Berdasar penjejakan Kementerian Kesehatan, terjadi perubahan karakteristik penularan demam berdarah. Bisa mewabah pada segala musim (kemarau, dan hujan).
Ironis, kawasan pulau Jawa, dengan fasilitas kesehatan terbaik di Indonesia, menjadi kawasan paling banyak pasien DBD. Terutama disebabkan genangan, serta drainase, dan sanitasi lingkungan yang buruk. Namun Pemerintah memikul tanggungjawab pencegahan penyakit, sesuai UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pada pasal 62 ayat (3), menyatakan, “Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin dan menyediakan fasilitas untuk kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.”
Konon, terdapat koalisi baru di kalangan DPR-RI, bersama Kementerian Kesehatan. Kobar Dengue (Koalisi Bersama melawan demam berdarah dengue) bertujuan menuntaskan endemi DBD. Targetnya, pada tahun 2030 dicapai zero dengue death. Antara lain melalui pemandulan nyamuk, dengan menyebar nyamuk betina ber-wolbachia. Juga vaksinasi. Seyogianya dipercepat. Karena ancaman DBD selalu bagai berpacu dalam sirkuit endemi.
——— 000 ———