Surabaya, Bhirawa
Lampu Nusantara (Lamusa) Bahari, produk hasil karya inovatif mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini diperuntukkan bagi nelayan pesisir utara Lamongan. Inovasi ini di desain untuk mendukung produktivitas Nelayan.
Lamusa Bahari sendiri merupakan salah satu produk flagship dari Lamusa yang ditujukan dalam membantu nelayan dengan optimalisasi spektrum cahaya untuk memaksimalkan penangkapan ikan. Bersama dengan Pertamina Foundation, ITS menghibahkan 40 lampu berbasis LED tersebut kepada serikat nelayan di Lamongan pada bulan Oktober 2024 lalu.
Dalam kunjungan yang ditujukan untuk survey dan pengambilan dokumentasi dalam kegiatan pameran untuk Kompetisi Sains dan Teknologi Inovatif (KSTI) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), pihak ITS disambut baik oleh para nelayan setempat. Salah satu nelayan bahkan mengaku terdapat peningkatan hasil tangkapan hingga hingga 30 persen.
Menanggapi hal tersebut, Co-Founder Lamusa Iwan Cony Setiadi ST MT mengakui, pihaknya sendiri memang telah rutin melakukan pemantauan dan menjalin komunikasi dengan serikat nelayan setempat. Meski diakui langsung oleh nelayan, Iwan menjelaskan bahwa peningkatan hasil tangkapan tersebut bukan menjadi fokus utama mengingat hal tersebut juga perlu memperhatikan kapasitas penangkapan kapal.
Lebih lanjut, Iwan mengakui bahwa kebermanfaatan utama yang ingin dituju pada pemasangan lampu ini lebih ke arah efisiensi energi, waktu, serta masa pakai lampu yang lebih lama. Lampu ini sendiri memiliki nilai efisiensi hingga 40 persen serta masa pakai hingga 50 ribu jam. “Selain itu, lampu ini juga tidak perlu dilakukan pemanasan yang semakin memakan waktu seperti pada lampu kapal pada umumnya,” tambahnya.
Meski bukan fokus utama, peningkatan jumlah tangkapan memungkinkan terjadi karena mengingat lampu tersebut yang didesain memiliki warna yang mampu menarik ikan. Hal tersebut kemudian akan berdampak dalam mempertahankan produktivitas nelayan dengan lebih hemat energi dan juga efisien waktu.
“Rencananya pemantauan tersebut akan dilakukan hingga bulan desember tahun ini, tepatnya setelah setahun pemasangan,” jelas dosen dari Departemen Teknik Fisika ITS tersebut.
Lebih lanjut, Iwan juga menegaskan bahwa keberhasilan implementasi lampu bahari tersebut menunjukkan tingkat kesiapan dan kematangan dari teknologi. Kedepannya, Tim Lamusa ITS berupaya dalam membuat ekosistem berkelanjutan melalui pengenalan kepada berbagai pihak, baik mahasiswa, swasta, pemerintah, hingga para nelayan itu sendiri. Salah satu bagiannya yakni berupa model startup produk hingga kuliah kerja nyata (KKN) dalam bentuk gerakan kolaboratif nantinya.
Upaya ini menjadi langkah ITS dalam turut mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur). Sebagai penutup, Iwan juga berharap agar semakin banyak pihak yang terlibat dalam mendukung kesejahteraan dari para nelayan di Indonesia itu sendiri. [ina.wwn]


