26 C
Sidoarjo
Friday, November 22, 2024
spot_img

Koordinasi TPID Inten, Inflasi di Kota Malang Terjaga

Kota Malang, Bhirawa.
Koordinasi inten yang dilakukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berhasil menekan inflasi Kota Malang pada Oktober 2024 tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi.

Kepala Bank Indonesia (BI) Malang, Hj. Febrina, akhir pekan kemarin mengemukakan koordinasi solid yang dilakukan TPID yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi. “Pelaksanaan sidak pasar untuk pemantauan harga ke pasar tradisional dan modern serta pemantauan stok beras ke gudang Bulog, hasilnya sangat postif,”tutur Febrina akhir pekan lalu.

Selain itu, penyaluran bibit cabai bekerjama dengan Universitas Brawijaya (UB) dan Dispangtan Kota Malang kepada kelompok urban farming di Kota Malang, berdampak bagus. Lebih lanjut disampaikan dia, adanya monitoring produksi tomat sebagai tindak lanjut hasil sidak pasar.

“Pemantauan harga bahan pangan pokok selama bulan Oktober 2024, dan menindaklanjuti rekomendasi rapat mingguan pengendalian inflasi bersama Kemendagri selama Oktober 2024,” tukasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan Oktober 2024 mengalami inflasi bulanan sebesar 0,20% (mtm) meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,14% (mtm).

Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,53% (yoy) dan 0,65% (ytd). Dengan demikian, inflasi tahunan periode Oktober 2024 di Kota Malang masih terkendali dalam rentang sasaran inflasi 2,5 + 1%.

Inflasi periode Oktober 2024 terutama didorong oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,10% (mtm); kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,07% (mtm); kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil 0,04% (mtm); kelompok pakaian dan alas kaki dengan andil 0,02% (mtm); dan kelompok kesehatan dengan andil 0.02% (mtm).

Berita Terkait :  Pemdes Pandu Pastikan Revitalisasi Saluran Air Pembangunannya Sesuai Perencanaan

“Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada kelompok transportasi dengan andil sebesar -0,06% (mtm),”tukasnya.

Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama didorong oleh peningkatan harga emas perhiasan, daging ayam ras, tomat, Sigaret Kretek Mesin (SKM), dan bawang merah, dengan andil masing-masing sebesar 0,07%, 0,05%, 0,03%, 0,03%, dan 0,02% (mtm).

“Kenaikan harga komoditas emas terjadi seiring dengan meningkatnya harga emas dunia. Adapun kenaikan harga daging ayam ras terjadi akibat kenaikan harga pakan unggas. Sedangkan kenaikan harga sigaret kretek mesin terjadi seiring penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) secara bertahap di tahun ini,”sebutnya.

Sementara itu, kenaikan harga tomat dan bawang merah terjadi seiring dengan berlalunya masa panen sehingga terjadi penurunan pasokan. Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi yang terjadi terutama pada komoditas bensin, cabai merah, jagung manis, kentang, dan beras masing-masing dengan andil -0,06%, -0,03%, -0,02%, -0,02% dan -0,02% (mtm). Penurunan harga bensin, sebut Febrina, terjadi seiring penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi. Sementara penurunan harga cabai merah, kentang, dan jagung manis terjadi seiring masih terjaganya pasokan didukung oleh panen yang masih berlangsung. Komoditas beras terpantau cukup stabil ditengah masa panen gadu di berbagai sentra produksi.

Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan BI Malang akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1% (yoy). [mut.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img