29 C
Sidoarjo
Thursday, December 12, 2024
spot_img

Komentar Seksis, Tantangan Perempuan di Dunia Balap Formula 1

Oleh :
Mutiara Anggraini
Penulis Adalah Mahasiswi FISIP Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya

Tantangan perempuan di dunia olahraga tidak hanya terjadi pada stigma yang mengatakan perempuan tidak kompeten saat bersaing dalam olahraga atau diremehkan karena rata-rata perempuan memiliki fisik dengan ukuran lebih kecil dibandingkan laki-laki saja. Sebuah praktik seksisme melalui media kerap terjadi pada perempuan, termasuk untuk olahraga balap mobil Formula 1.

Formula 1 merupakan ajang balap mobil yang didominasi oleh laki-laki, baik sebagai pengemudi mobil Formula 1, tim mekanik, dan kepala dari setiap tim. Namun, hingga saat ini mulai ditemukan sejumlah karyawan perempuan yang kompeten di balik tim-tim Formula 1.

Meski begitu, ketika Formula 1 tengah mengadakan perlombaan di Grand Prix Spanyol 2023 lalu, kedua komentator Sky Sport bernama Matteo Bobbi dan Davide Valsecchi melontarkan pernyataan mengandung seksisme ketika memberi laporan dan sedang menganalisis hasil balapan pada 4 Juni 2023.

Pada awalnya terdapat seorang perempuan di area paddock dan Matteo Bobbi menyebutnya dengan, “Upgrade packages” yang dibalas oleh Davide Valsecchi untuk melihat ke perempuan itu dan berkata, “I know, but they told me I can’t test them. So I raise my hands.”

Kedua komentator yang pernah menjadi pembalap tersebut lantas mendapatkan skors hingga Grand Prix di Kanada. Perlu diingat, seksisme adalah perlakuan diskriminasi pada gender atau pemahaman mengenai perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Selain itu, seksisme dapat berbentuk merendahkan, mengobjektifikasi, menggeneralisasi berdasarkan gender.

Berita Terkait :  Sikat Kampung Narkoba

Ketika kedua komentator Sky Sport tersebut melontarkan pernyataan yang mengandung seksisme terhadap perempuan hingga menjadi bahan lelucon, hal itu dapat melanggengkan stereotip gender dan menyinggung pihak yang berkaitan. Komentar yang diujarkan melalui tayangan media banyak disaksikan oleh publik, jika perkataan tidak pantas yang berkaitan dengan seksisme tetap dibiarkan dalam siaran tersebut, citra dari Sky Sport sendiri di kalangan penonton akan tercemar dan sebagian masyarakat menganggap ucapan itu adalah sesuatu yang normal.

Kejadian yang menyangkut komentar seksis juga pernah dilontarkan seorang mantan bos Formula 1 bernama Bernie Eccelstone yang berkata bahwa perempuan lebih mampu menjadi eksekutif, bukan menjadi pembalap Formula 1 karena perempuan tidak memiliki ego yang besar seperti laki-laki. Komentar itu dikatakan oleh Eccelstone ketika ajang konferensi Advertising Week Europe di London, Inggris sedang berlangsung beberapa tahun lalu.

Meski sempat melontarkan komentar tersebut, salah satu seorang pembalap wanita dan direktur pelaksana F1 Academy, Susie Wollf mengatakan bahwa ia tidak membela pernyataan Bernie, tetapi keduanya sepakat mengenai beberapa topik dan mengatakan Bernie selalu mendukung upaya nya sebagai perempuan yang bekerja di dunia motorsport.

Susie Wolff bukan satu-satunya pembalap perempuan yang ada dalam dunia Formula 1, hingga saat ini ajang balapan F1 Academy, yaitu balapan khusus perempuan muda yang dinaunginya memiliki sekitar lima belas pembalap yang berkompeten.

Berita Terkait :  Bahasa Gaul "Menyala": Refleksi Dinamika Sosial

Kemudian di tahun 2021, seorang kepala insinyur strategi di tim Red Bull Racing bernama Hannah Schmitz berhasil menjadi salah satu perempuan di balik tim tersebut yang membawa Max Verstappen merebut gelar juara dunia pertamanya. Hannah mampu bertindak kompeten untuk mengamankan poin ketika balapan berlangsung. Startegi yang dipilih olehnya tak jarang juga menghasilkan kemengangan yang mengejutkan.

Di dalam dunia olahraga, kuat secara mental menjadi hal yang penting untuk membentuk karakter diri. Untuk melatih kemampuan agar mampu mengendarai mobil seperti Formula 1, Formula 2, Formula 3, atau mobil-mobil lainnya yang ikut dalam kategori perlombaan, pembalap sejak dini harus melalui berbagai macam pelatihan mental dan fisik, terutama ketangkasan reflek ketika di sirkuit balap untuk menghindari kecelakaan dan untuk mengetahui posisi mobil lain ketika sama-sama berada di jarak yang dekat dengan laju yang sangat kencang.

Kemampuan menalar untuk mengetahui berbagai strategi yang akan digunakan setiap balapan juga penting karena hal tersebut akan membantu pembalap menjadi juara. Setiap individu mampu melatih kecepatan reflek dan penalaran mereka, terlepas dari gender masing-masing.

———— *** ————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img