Surabaya, Bhirawa
Upaya Pemprov Jatim selama 5 tahun ini menekan angka kemiskinan ekstrem terus membuahkan hasil manis. Kemiskinan ekstrem di Jatim semakin terkikis setiap tahunnya.
Dikutip dari data BPS terbaru per Maret 2024, angka kemiskinan ekstrem di Jatim kini di angka 0,66% atau sekitar 268 ribu penduduk.
Jumlah ini jauh menurun drastis dibanding angka kemiskinan ekstrem pada tahun 2020 lalu. Di mana pada tahun 2020, angka kemiskinan ekstrem di Jawa Timur mencapai 4,40% atau sekitar 1,8 juta penduduk.
Ada penurunan kemiskinan ekstrem di Jatim sebesar 3,74%. Angka ini menempatkan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi dengan kemajuan terbesar dalam pengentasan kemiskinan ekstrem di Indonesia.
Pakar Ekonomi Unair, Gigih Pringgondani menyebut kerja keras Pemprov Jatim sejak tahun 2020 untuk menurunkan angka kemiskinan membuahkan hasil.
Menurut Gigih, peran besar Gubernur Jatim di periode tersebut yakni Khofifah Indar Parawansa dan wakilnya Emil Dardak menjadi kunci turunnya angka kemiskinan di Jatim.
“Saya rasa prestasi Khofifah selama memimpin Jawa Timur, beliau sangat konsen terhadap penurunan angka kemiskinan. Hal ini bisa terlihat dari bagaimana penurunan kemiskinan ekstrem kita itu tertinggi di seluruh Indonesia,” kata Gigih saat dikonfirmasi awakmedia, Jumat (6/9/2024).
“Saya lihat selama kepemimpinan beliau, bahkan saat pandemi COVID-19, kemiskinan ekstrem di Jawa Timur di bawah kepemimpinan Khofifah turun lebih dari 3,74 persen,” tambahnya.
Menurut Gigih, Pemprov Jatim di bawah komando Khofifah berhasil menurunkan angka kemiskinan. Hal ini juga tidak lepas dari kepiawaian Khofifah yang punya pengalaman di Kemensos RI untuk membuat terobosan data terpadu guna mengentas kemiskinan.
“Ini merupakan prestasi yang cukup baik, apalagi jangan lupa bahwa Khofifah saat di Kemensos meletakkan dasar modern terkait penurunan target angka kemiskinan yakni DTKS. Kala itu DTKS dirombak oleh Khofifah dan ada desil presentil yang cukup membantu kita untuk melakukan target yang lebih sesuai sasaran kepada warga miskin,” jelasnya.
“Namun sayangnya pasca Khofifah tidak di Kemensos, targeting DTKS diubah menjadi tidak ada desil. Sehingga kita sebagai pengambil kebijakan kesulitan untuk memetakan program yang lebih tepat sasaran. Ini keberhasilan khofifah saat menjabat Gubernur Jatim dan Mensos RI yang memang berhasil merevolusi kemiskinan di tingkat nasional dan provinsi,” tandasnya. [gat]